Lihat ke Halaman Asli

Guru yang Mengenal Dirinya

Diperbarui: 9 Oktober 2023   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://depositphotos.com/

man arafa nafsahu arafa rabbahu_Yahya bin Muadz Ar-Razi

Banyak yang menyampaikan bahwa perkataan di atas merupakan sabda nabi Muhammad SAW. Sedangkan Az-Zarkasyi mengutip perkataan Imam As-Sam'ani menyampaikan bahwa ungkapan tersebut disampaikan oleh seorang ulama sufi terkenal Yahya bin Muadz Ar-Razi yang berarti, "Siapa mengenal Tuhannya maka ia mengenal dirinya". Bukan ungkapan harfiah melainkan ungkapan yang lebih kepada perenungan atau muhasabah diri mengenai hakikat diri sebagai hamba Tuhan yang mengenal kekurangan dan kelebihan dirinya dalam upaya mendekatkan diri kepada-Nya.

Secara luas kita dapat memaknai bahwa proses mengenal diri bukan hanya terbatas pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki individu secara fisik ataupun non fisik namun segala sesuatu hal yang dapat kita manfaatkan dan gunakan atau kita lebih mengenalnya dengan istilah aset. Berkaitan atau tidak dengan individu secara langsung, di dalam dan di luar diri yang merupakan modal individu dalam mewujudkan ide gagasan dalam mencapai sebuah tujuan tertentu. 

Sebagai guru adalah penting untuk kita mengenal siapa diri kita dan apa saja aset atau bahkan kekurangan yang dimiliki agar kita senantiasa dapat memanfaatkan sumber daya tersebut dalam upaya mencapai pelayanan prima kepada para peserta didik. Pada modul pendidikan guru penggerak pemetaan, pengelolaan dan pemanfaatan aset dibahas secara khusus pada bagian Modul 3.2 yang bertajuk, "Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya".

Seberapa penting guru mengenal dan mengelola sumber daya yang dimiliki dan apa serta bagaimana pemanfaatan sumber daya atau aset tersebut dalam pembelajaran? Jawaban dari pertanyaan tersebut merupakan inti dari modul ini. Menarik sekaligus menantang karena jawaban yang muncul akan sangat variatif tergantung dari ketajaman analisa dan intuisi guru dalam mengenal, memetakan dan mengelola sumber daya yang dimiliki. Lebih menarik lagi bahwa sumber daya tersebut akan sangat berbeda satu dengan yang lain bergantung pada di mana dan kapan guru tersebut mengajar. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa keberadaan sumber daya atau aset akan sangat bergantung pada kapan dan di mana sebuah komunal berada. 

Sekolah sebagai komunitas yang berisikan individu-individu tidak terlepas dari kebutuhan akan sumber daya baik sumber daya manusia ataupun sumber daya lainnya. Pada bukunya Asset Building and Community Development di tahun 2002 Green & Haines menyebutkan setidaknya terdapat 7 aset utama dalam pengembangan komunitas berbasis aset, yaitu: (1) Modal manusia, (2) Modal sosial, (3) Modal fisik, (4) Modal lingkungan/alam, (5) Modal finansial, (6) Modal politik, dan (7) Modal agama dan budaya. 

Sekolah atau dalam hal ini guru dapat memanfaatkan seluruh sumber daya tersebut dalam upaya pemenuhan kebutuhan belajar murid. Selain itu aset-aset yang tersedia juga dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan atau tantangan yang dihadapi oleh komunitas sekolah.

Pengelolaan sumber daya yang baik dapat mulai ditumbuhkembangkan pada tataran guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas. Pada skala meso pengelolaan dan pemanfaatan aset dilakukan dengan mempertimbangkan pembagian tugas sesuai bidang. Adapun pada skala lebih besar pengelolaan dan pemanfaatan aset dilakukan kepala sekolah atau yang ditunjuk sebagai pemimpin pendidikan di unit kerja.

Pada modul yang telah penulis singgung di atas dibahas  pula mengenai pendekatan berbasis masalah (problem-based approach) dan pendekatan berbasis aset (asset-based approach). Perlu penulis garisbawahi bahwa kesan yang nampak pada modul ini dari pemahaman rekan CGP yang lain bahwa pendekatan berbasis aset lebih baik dari pendekatan berbasis masalah. Menurut pendapat pribadi penulis hal ini sedikit keliru. Karena kedua pendekatan tersebut memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing.

Pendekatan berbasis masalah diterapkan pada upaya peningkatan dan perbaikan kegiatan sekolah. Sebagai contoh Perencanaan Berbasis Data (PBD) yang baru baru ini dikembangkan dan diperkenalkan dalam menyikapi rapor pendidikan di sekolah menggunakan pendekatan berbasis masalah yang menganalisis kekurangan dan permasalahan yang terjadi berdasarkan data yang ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline