Lihat ke Halaman Asli

Bedah Novel "Pulang" Karya Tere Liye

Diperbarui: 24 Februari 2018   18:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

potongan cerita

"Pulang" novel karya TERE LIYE ini bertemakan tentang perjuangan perjalanan pulang seorang Bujang, tokoh utama dalam novel ini memegang kendali yang berperan besar dalam bidang shadow economy (ekonomi bayangan atau biasa disebut usaha gelap/ilegal). Disaat yang sama pula, Ia melewati banyak rintangan dengan apa yang Dia hadapi tetapi juga bukan karena tercermin oleh lingkungan yang membesarkannya. Selama 3000 hari lamanya belajar memahami bagaimana menjadi seorang yang taat akan agama yang bisa mengalahkan ego sendiri. Selama itu pula, terjadilah pertarungan panjang untuk melepaskan pelukan erat antara kebencian dan rasa sakit. Disaat itulah Bujang kembali pulang pada Mamaknya, pada kampung halamannya, dan dari mana ia berasal.

Banyak tokoh penyusun cerita yang membawa novel menjadi satu kesatuan cerita yang utuh, menggambarkan dengan baik karena didukung dengan watak yang diberikan penulis sendiri. Berikut tokoh-tokoh beserta penokohan yang disebutkan dalam novel:

Bujang (Si Babi Hutan, Agam) sebagai tokoh utama, diceritakan dalam novel Si Babi Hutan tak punya rasa takut, mandiri, serta pemberani. Berikut kutipan yang dapat diambil.

" Aku tidak takut. Jika setiap manusia memiliki lima emosi, yaitu bahagia, sedih, takut, jijik, dan kemarahan, aku hanya memiliki empat. Aku tidak punya rasa takut." (Bab 1, Hlmn.1)

Samad sebagai Bapak dari Bujang. Sifatnya keras, keras kepala, dan pemberani.

"Aku tidak terlalu dekat dengan Bapak, dia bahkan selalu keras mendidikku. Bapak sering memukulku jika aku melanggar peraturannya, apalagi saat mengetahui bahwa aku belajar mengaji pada Mamak, ilmu agama dari Tuanku Imam. " (Bab 15, Hlmn. 240)

Midah sebagai Mamak Bujang dengan sifat penuh kasih sayang dan taat agama.

"...menyuruhku berhati-hati saat mengambil kayu bakar. Wajah Mamak yang lembut mengajariku membaca, menulis, dan berhitung."  (Bab 12, Hlmn. 193)

"Aku tergugu, ingat dulu Mamak sering mengajariku mengaji, juga mengajariku mengumandangkan adzan. Meski aku tidak pernah melakukannya-" (Bab 12, Hlmn. 194)

Tauke Muda / Tauke Besar sebagai Pimpinan keluarga Tong meliki sifat keras. Tauke Besar menjadi sosok yang dihormati karena pemimpin yang adil dan bijaksana, salah satu kutipan yang dapat diambil ada pada percakapan dari Kopong kepada Bujang.

"...dia tidak akan pernah membiarkan tukang pukulnya disiksa. Dia mengirim puluhan tukang pukul ke ruko itu sebgai jawabannya. Enam aparat militer itu pun dihabisi. Tauke tidak peduli jika itu mengundang masalah dengan markas militer, dia selalu melindungi kami apa pun harganya. Tauke tidak pernah mengkhianati kesetiaan anak buahnya."  (Bab 17, Hlmn. 264)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline