Lihat ke Halaman Asli

Terima Kasih

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku sadar, terkadang aku lalai pada-Mu.

Aku melupakan-Mu.

Aku menjauh dari-Mu.

Aku berbuat hal yangKau benci.

Tapi, Engkau tetap begitu baik padaku.

Engkau tak pernah melupakanku.

Engkau tak pernah meninggalkanku.

Engkau tetap memberikan begitu banyak nikmat padaku, yang tak akan pernah dapat aku hitung.

Terima kasih karena begitu baik padaku.

Terima kasih karena tak pernah melupakanku.

Terima kasih karena tak pernah meninggalkanku.

Terima kasih karena tetap memberikan begitu banyak nikmat padaku.

Terima kasih. Engkau masih membiarkanku berpijak di atas tanah-Mu.

Terima kasih. Engkau masih membiarkanku menghirup udara-Mu yang gratis. Karena aku tahu, di luar sana banyak yang tidak bisa menikmatinya. Mereka harus membayar agar dapat memenuhi paru-paru mereka dengan udara.

Terima kasih. Engkau masih membiarkanku melihat indahnya ciptaan-Mu dengan kedua mataku.

Terima kasih. Engkau masih membiarkanku mendengar melodi alam-Mu dengan kedua telingaku.

Terima kasih. Engkau memberiku orang tua yang sangat menyayangiku, lebih dari menyayangi diri mereka sendiri.

Terima kasih. Engkau menciptakan orang-orang yang menyayangiku dan menerimaku apa adanya.

Terima kasih, atas nikmat-Mu yang tak lagi dapat kusebutkan satu per satu.

Terima kasih untuk hari kemarin yang telah aku lalui.

Terima kasih untuk hari ini yang sedang aku jalani.

Terima kasih untuk hari esok, jika aku masih diberi.

Terima kasih telah menciptakan kata Terima Kasih.

Terima kasih. Karena Engkau masih memberiku kesempatan untuk mengatakan Terima Kasih.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline