Lihat ke Halaman Asli

Melda Imanuela

Founder Kaukus Perempuan Merdeka (KPM)

Mendoakan Para Pemuja-Mu

Diperbarui: 28 Oktober 2018   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejak Negara Republik Indonesia ini merdeka, para pendiri bangsa mencantumkan kalimat Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan pada lambang negara Garuda Pancasila.

Sebagai semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, konsep Bhineka Tunggal Ika bukan hanya perbedaan agama dan kepercayaan menjadi fokus, tetapi pengertiannya lebih luas. Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara memiliki cakupan lebih luas, seperti perbedaan suku, bangsa, budaya (adat-istiadat), beda pulau, dan tentunya agama dan kepercayaan yang menuju persatuan dan kesatuan Negara.

Negeri ini, Republik Indonesia, bukanlah milik suatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu kelompok etnis, bukan juga milik suatu adat-istiadat tertentu, tapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke! (Sukarno)

Indonesia sedang dirundung problem mentalitas. Problem mentalitas ibarat gunung es. Dimana mentalitas dan spirit politik dalam bernegara yang tidak sehat. Berkembangnya masyarakat paham pragmatis yang dipupuk oleh Orde Baru dimana pembangunan tidak dibarengi dengan peningkatan sumber daya manusia yakni pendidikan karakter bangsa. 

Sejalan dengan sosiolog Emile Durkheim yang menyebutkan istilah "modal sosial". Modal sosial untuk menyatakan ikatan sosial antar manusia didalam sebuah masyarakat sangat penting untuk membentuk kohesivitas sosial dalam tujuan hidup masyarakat. Ia merupakan sebuah kekuatan untuk mencapai tujuan hidup bersama yang tidak mungkin dicapai secara personal. 

Jika ditarik kembali melihat Indonesia dimasa kini yang memiliki modal sosial yang majemuk seharusnya menjadi kekuatan bangsa, ironisnya modal sosial semakin merapuh dengan terkikisnya toleransi, saling percaya dan SARA juga hoax. Maka sejogyanya semakin tinggi modal sosial berbanding lurus dengan makin efisien menjalankan kehidupan bermasyarakat. Modal sosial ini bisa jadi kekuatan juga bisa jadi konflik jika tidak dirawat dengan nilai-nilai Pancasila sebagai pererat persatuan dan kesatuan bangsa itu sendiri.

Jadi teringat perkataan Buya Syafi'i Maarif yaitu Agama jangan dijadikan kendaraan politik, agama memang tidak bisa dipisahkan dengan politik. Tapi seharusnya agama menjadi panduan moral politik. 

Kita hidup di tanah air Indonesia yang selama ini  bisa hidup saling berdampingan, penuh toleransi dan rukun antar umat beragama.  Akhir-akhir ini negeri ini memanas karena menyoal agama dan beragama.  Agama sekarang menjadi candu masyarakat. Bukankah sejatinya Agama jangan sampai menjauh dari kemanusiaan (Gusdur).

Agama saya sangat sederhana,

Mengapa kini menjadi kaku?

Agama saya adalah kebaikan,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline