Perang yang terjadi antara Russia dengan Ukraina sampai saat ini masih belum menemui titik terang. Tepat pada Kamis 24 Februari 2022, Federasi Russia menggencarkan serangan milliter terhadap Ukraina. Selain serangan militer, Russia juga melakukan serangan siber dan serangan informasi melalui media masa yang hal itu tentu sangat merugikan Ukraina. Serangan yang dilakukan Russia ini terjadi seminggu setelah Duta Besar Russia di Jakarta memberi bantahan bahwa akan ada invasi. Jika dillihat dari sejarah, konflik antara Russia dengan Ukraina sebenarnya telah berlangsung sedari lama. Rusia dan Ukraina memiliki hubungan sejarah yang sangat panjang. Perlu diketahui bahwasannya Ukraina dulunya merupakan negara pecahan dari Uni Soviet. Pada abad ke-18, Ukraina menjadi bagian dari kekaisaran Rusia. Kemudian dalam perkembangannya, ketika revolusi Bolshevik Meletus pada tahun 1917 Rusia dan Ukraina sempat beberapa kali terlibat konflik. Sekitar tahun 1920an, Russia dan Ukraina resmi menjadi bagian dari Uni Soviet.
Pasca runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, akibat kekalahannya dalam perang dingin melawan Amerika Serikat. Uni Soviet pun pecah dan banyak negara-negara didalamnya yang memisahkan diri termasuk Rusia dan Ukraina yang menjadi negara yang merdeka. Ukraina mendeklarasikan kemerdekaanya pada 24 Agustus 1991. Kemudian, pada 14 Februari 1992, Russia dan Ukraina menjalin hubungan diplomatic antar keduanya yang menghasilkan traktat persahabatan, kerjasama, dan mitra kerja antara Rusia dan Ukraina tahun 1997. Perjanjian ini menggabungkan bidang hubungan social, militer, ekonomi, dan politik antar kedua negara. Namun diakhir tahun 2004 sampai awal tahun 2005, banyak aksi protes terjadi di Ukraina dikarenakan maraknya masalah korupsi yang terus terjadi selama bertahun-tahun sejak masa kepemimpinan Presiden Leonid Kuchma.
Sejak pergantian kepemimpinannya yang digantikan oleh Viktor Yuschenko, hubungan diplomatic antara Russia dan Ukraina mulai mengalami pasang surut. Hal ini dikarenakan sikap politik dari Presiden Viktor cenderung lebih condong ke barat. Hal inilah yang membuat Rusia merasa geram, karena barat merupakan musuh terbesar dari Rusia. Ketegangan besar semakin jelas ketika Presiden Viktor memiliki rencana ingin Ukraina menjadi bagian dari Uni Eropa. Pada tahun 2006, terjadi persengketaan masalah pasokan gas antara Rusia dan Ukraina, yang mana Rusia merupakan pemasok minyak dan gas untuk Eropa termasuk Ukraina. Pada 1 Januari 2006, Rusia menghentikan pasokan minyak dan gas mereka karena masalah kenaikan harga. Hubungan antara keduanya pun semakin renggang karena Ukraina tidak bisa membayar hutang dan dendanya kepada Rusia. Alhasil pasokan minyak dan gas dari Russia ke Ukraina mulai dikurangi.
Konflik terus berlangsung hingga saat ini dan memunculkan permasalahan baru ketika Ukraina yang dipimpin oleh Presiden Volodimir Zelenski memiliki keinginan untuk gabung ke dalam NATO. Diketahui bahwa akhir-akhir ini Rusia mengerahkan pasukan militernya sekitar 100.000 tentara ke perbatasan Ukraina. Jika dilihat dari akar sejarah yang mana Rusia dan Ukraina sama-sama negara pecahan Uni Soviet, sepertinya Putin tidak rela apabila Ukraina bergabung dengan barat. Terlebih wilayah Ukraina yang tepat berbatasan langsung dengan Rusia, tentunya juga akan membahayakan kedaulatan dan keamanan dari Rusia sendiri apabila NATO membangun pangkalan militernya di dekat perbatasan Rusia. Putin juga menyebut bahwasannya Ukraina merupakan jantung bersejarah bagi orang Slavia dan memberi peringatan bagi barat untuk tidak ikut campur dalam permasalahan ini. Apabila dilihat dari sumber permasalahannya, konflik Rusia dan Ukraina ini merupakan konflik politik, bukan sengketa hukum ataupun yang lainnya. Konflik ini agak berbeda dengan konflik-konflik yang terjadi antar negara yang lain, karena Rusia sendiri merupakan anggota tetap dewan keamanan PBB.
Kapan konflik antara Rusian dengan Ukraina akan berakhir?
Tentunya ini menjadi pertanyaan yang banyak dilontarkan bagi banyak kalangan masyarakat. Terlebih karena sejarah hubungan yang panjang antara Rusia dan Ukraina, tentu hal ini tidak akan dengan mudah begitu saja untuk menyelesaikan konflik antara dua negara ini. Apalagi kedua negara ini masih sama-sama ngotot dan terus berpegang teguh atas pendiriannya masing-masing. Banyak para pemimpin negara di dunia mengecam atas berbagai tindakan yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina. Dilansir dari beberapa sumber yang saya baca, untuk ikut serta dalam upaya menyikapi konflik ini. NATO disinyalir akan mengerahkan tentaranya sebanyak 140.000 di sekitar wilayah Ukraina serta memberikan mobilisasi berbagai peralatan militer yang canggih. Menurut saya ini bukanlah langkah yang bagus bagi NATO untuk mengatasi konflik ini. Justru dengan hal ini intensitas konflik akan semakin tinggi. Karena seperti yang kita ketahui, NATO sendiri merupakan salah satu musuh terbesar bagi Rusia. Dengan ikut serta NATO dalam upaya pengerahan militernya ke perbatasan Ukraina, sama saja dengan mengibarkan bendera perang yang lebih parah. Tidak menutup kemungkinan jika hal ini terjadi, maka perang dunia 3 tidak dapat kita hindari.
Berbagai upaya diplomasi telah dilakukan oleh banyak negara kepada Rusia untuk menghentikan invasi militer ini, salah satunya Indonesia yang diwakili oleh Presiden Joko Widodo beberapa waktu yang lalu. Namun upaya ini sepertinya tidak membuahkan hasil apa-apa, karena sampai sekarang pun Putin masih mengerahkan pasukan militernya ke perbatasan Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku akan menghentikan invasinya ke Ukraina asalkan Ukraina berhenti melawan dan memenuhi tuntutannya. Rusia ingin Ukraina menjadi negara yang netral dan tidak memihak manapun. Menurut saya sendiri selaku penulis, satu-satunya konflik ini dapat selesai adalah dengan terpenuhinya segala tuntutan Rusia ke Ukraina untuk tidak bergabung ke NATO. Karena akar konflik ini dimulai dari Rusia yang melakukan invasi, maka Rusia sendirilah yang bisa menentukan akhir dari konflik ini seperti apa. Bagaimana menurut kalian?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H