Bersiap-siap menikmati kenduri blang
Masyarakat Aceh yang dikenal sebagai masyarakat yang majemuk dalam berbagai multi dimensi kaya akan adat dan budaya serta kearifan local lainnya. Keanekaragaman budaya dan kebiasaan tersebut masih dilakukan turun temurun sampai sekarang. Bahkan generasi muda sekarang tidak mengetahui sejak kapan kebiasaan itu dimulai. Salah satu kearifan local Aceh yang masih eksis hingga sekarang adalah pelaksanaan keunduri blang (kenduri turun sawah). Acara keunduri blang biasanya dilakukan menjelang turun ke sawah.
Semua masyarakat yang memiliki sawah dan hendak menanam padi, terlebih dahulu berpartisipasi untuk mengadakan acara keunduri. Keikutsertaan masyarakat ini didasarkan atas perintah dari keujruen blang (lembaga adat aceh yang khusus mengurusi di bidang persawahan). Keujruen blang sebagai ketua di bidang persawahan akan memberikan aba-aba dua minggu menjelang para petani turun ke sawah. Perintah keujruen blang sangat disegani dan dipatuhi oleh petani setempat. Karena pada saat penanaman padi, gotong royong di sawah, aliran air dan lain sebagainya perlu bermusyawarah dengan keujruen blang.
Keunduri yang dilaksanakan menjelang turun ke sawah yang disertai dengan doa-doa bertujuan supaya padi petani bebas dari penyakit dan hama yang membahayakan tanaman. Seluruh masyarakat gampong dan petani serta warga gampong sekitarnya diundang untuk menikmati keunduri secara bersama-sama. Jumlah masyarakat yang diundang sesuai dengan jumlah makanan yang tersedia. Pembacaan doa dipimpin oleh ustaz dan santri dari dayah-dayah di sekitar.
Masyarakat bersama ustaz sedang menikmati kenduri blang
Tujuan lainnya yang ingin diwujudkan melalui acara keunduri blang adalah supaya terbangun silaturahmi yang harmonis antara warga masyarakat. barangkali di antara mereka jarang berjumpa, dengan adanya acara tersebut di antara masyarakat Gampong saling bertegur sapa. Nilai lain yang terkandung adalah sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas rezki yang telah diberikan oleh Allah.
Keunduri blang dilaksanakan tiga kali sejak mulai dari persiapan turun sawah hingga menjelang panen. Di saat padi sudah mulai menghijau (pade dara) masyakarat melakukan kenduri kedua dan di saat musim panen tiba petani akan mengakan keunduri ketiga. Semua masyarakat sangat antusias mengikuti acara tersebut.
Setiap petani diharuskan membawa 10 bungkus nasi, lauk pauk lainnya, dan ketan beserta kuah tuhe. Acara keunduri tersebut tidak ada paksaan dari keujruen blang. Bahkan masyarakat yang bukan petani yang hendak ingin melaksanakan keunduri juga diperbolehkan. karena hal ini merupakan salah satu bentuk masyarakat terhadap rizki yang dikaruniai oleh Allah.
Untaian kalimat di atas merupakan hasil observasi yang penulis lakukan ke lapangan pada saat keunduri blang berlangsung. Penulis bersama team Pusat Kajian Pendidikan dan Masyarakat (PKPM) meninjau ke lokasi tepatnya di Gampong Lam Seunong Kecamata Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh pada hari senin tanggal 5 Oktober 2015.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI