Program jambanisasi TMMD reguler ke-100 mendapat respon positif oleh Dinas Kesehatan Wonosobo. Bekerjasama dengan perangkat desa dan TNI, mengadakan penyuluhan sanitasi serta jambanisasi kepada warga desa Pagerejo tentang pentingnya sanitasi, khususnya jamban, bagi setiap keluarga.
Kepala seksi kesehatan lingkungan Dinas Kesehatan Wonosobo, Rohmadi, menyampaikan dampak negatif yang timbul baik bagi lingkungan di desa Pagerejo maupun desa-desa di sekitarnya. "Saya umpamakan sungai yang mengalir di desa, aliran airnya tetap dari dulu hingga sekarang, sementara warga desa semakin banyak, maka masalah akan timbul ketika limbah rumah tangga masih dibuang di sungai. Lingkungan jadi tidak sehat karena kotor." Jelasnya.
Banyak respon positif dari warga tentang sosialisasi ini, apalagi warga mengetahui bahwa setelah kegiatan TMMD reguler ke-100, program jambanisasi akan terus diprioritaskan oleh pemerintah desa.
"Rumah di Pagerejo ini MCK-nya sudah banyak yang bagus, tetapi cara pembuangannya yang masih salah, karena masih dibuang di selokan atau kolam ikan, dan baru 23,45% yang sudah mengakses jamban. Sedangkan 1097 KK belum mengakses jamban sehat." Ujar Rohmadi. Ia mengaku prihatin dengan keadaan ini. "Ini tugas berat kami selaku dinas yang menangani kesehatan lingkungan, sebab target 100% jambanisasi ada di tahun 2019, maka kami sangat senang dan mendukung kegiatan TMMD reguler di Pagerejo, sebab tidak mungkin tugas ini hanya dibebankan ke Dinkes saja. Diperlukan kerjasama lintas sektoral semacam kegiatan TMMD untuk mendongkrak keberhasilan target jambanisasi 100% di tahun 2019." Lanjutnya.
"Bagi masyarakat umum yang ingin mengetahui perkembangan jamban sehat, bisa memakai aplikasi STBM-smart umum, di aplikasi ini data selalu update karena ditambahkan langsung oleh sanitarian yang ada di setiap Puskesmas yang ada di Wonosobo." Jelasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H