Lihat ke Halaman Asli

Manjaro Pai

Ayahnya Manjaro

Cerpen | Antara Aku, Penumpang, dan Corona

Diperbarui: 26 Maret 2020   22:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: ISTIMEWA

Antara Aku, Penumpang dan Corona

Oleh: Manjaro Pai (D.S. Samdani)

Setiap hari aku selalu berada dijalan. Entah sudah berapa ribu kilo meter jalan yang kutempuh. Aku hampir hapal seluruh lika-liku jalan di Kota Bandung. Sepertinya dalam benakku sudah terpatri peta jalan di kota ini. Maklum, pekerjaanku sehari-hari adalah pengemudi ojeg online.

Terus terang aku sudah tidak ingat berapa banyak penumpang yang pernah kubawa selama ini. Bagiku semuanya sama saja. Mereka adalah pelanggan yang harus kulayani dengan baik. Namun, dari semua penumpang yang pernah kubawa, tampaknya penumpang kemarin menjadi catatan tersendiri buatku. 

Bukan karena penumpang tersebut memberiku tips yang berlebih, tapi karena ada sesuatu hal yang membuatku takkan bisa melupakannya.
Di tengah maraknya wabah virus corona, aku tetap melakukan aktifitas rutinku. Bagaimana tidak? Hanya itu satu-satunya mata pencaharianku. 

Jika aku tidak jalan maka putus sudah rezekiku. Sampai hari kemarin, aku tetap berkeliling mencari orderan. Dengan gagah aku mengatakan kalau aku tidak takut, aku kuat, aku sehat, dan virus tidak akan mempan kepadaku. 

Bukankah semua ajal sudah dicatatkan oleh Allah? Begitulah koarku kepada kawan-kawan sesama pengemudi ojeg online (ojol). Semua kawan memuji dan menjadikanku sebagai sumber inspirasi.

Seperti pagi sebelumnya aku selalu memulai dengan penumpang di sekitar rumah. Kemana pun tujuan mereka, pasti akan aku antar. Kemudian aku akan menunggu orderan penumpang selanjutnya. Beruntungnya pagi itu aku dapat penumpang ke Cihanjuang. 

Setibanya di Cihanjuang, aku langsung mendapat penumpang menuju UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) di seputaran Jalan Setiabudi. Tidak perlu menunggu lama, aku pun mendapatkan penumpang selanjutnya. Mungkin karena sebagian pengemudi ojol yang sudah tidak narik sehingga aku jadi mudah mendapatkan penumpang.

Sesuai harapanku, penumpang kali ini seorang winta. Dia minta diantar menuju Stasiun Bandung. Seperti biasa aku mencoba membuka dialog dengan pertanyaan standar.

“Mau ke luar kota Teh?” tanyaku basa-basi, padahal jelas dia menuju ke Stasiun Bandung, pasti mau ke luar kota.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline