Lihat ke Halaman Asli

Manisha khairolla

Saya adalah Mahasiswi Ilmu Politik di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Plus Minus Prabowo - Gibran Bagi Kaum Milenial

Diperbarui: 29 November 2023   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertarungan politik di Indonesia kini  semakin memanas menjelang pemilu 2024.  Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Joko Widodo, menjadi sorotan publik setelah diumumkan sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024. Keputusan ini telah menimbulkan beragam tanggapan dan analisis. Sejumlah analisis menyebutkan bahwa kehadiran Gibran menjadi bakal calon presiden dari Prabowo Subianto, hal ini menjadi  daya tarik bagi pemilih milenial. Meskipun kedua tokoh ini memiliki latar belakang yang berbeda, namun keduanya telah mewarnai dinamika politik di Indonesia.

Pasangan Prabowo-Gibran menarik perhatian kaum milenial karena kombinasi dari dua generasi yang berbeda, yang menarik perhatian bagi generasi milenial dan generasi yang lebih senior. Prabowo memiliki pengalaman kental dengan nuansa militer, sementara Gibran merupakan pengusaha muda dari kalangan rakyat sipil. Survei menunjukkan bahwa pasangan ini mendapatkan dukungan yang signifikan dari generasi Z dan milenial, menunjukkan bahwa mereka memiliki daya tarik yang kuat di kalangan pemilih muda.

Dukungan generasi milenial kepada pasangan Prabowo-Gibran juga disampaikan dalam berita terkait. Dukungan ini dianggap sebagai gelombang tak terbendung, dengan peluang pasangan ini paling besar karena Prabowo memiliki instrumen politik dan dukungan yang kuat dari anak muda. Program-program yang berpihak kepada generasi muda juga dianggap dapat meningkatkan peluang Prabowo-Gibran dalam meraih dukungan suara mayoritas anak muda.   

Namun terlepas dari itu, keputusan ini juga dihadapkan pada tantangan terkait isu-isu negatif  dari pasangan Prabowo Gibran ini, seperti yang kita tahu bawa isu yang dihadapkan terkait terpilihnya Gibran sebagai putra presiden saat ini menimbulkan kekhawatiran akan nepotisme dan potensi pelanggaran prinsip persamaan kesempatan. Ada pula yang mengkritik pencalonan mereka, dengan alasan bahwa pencalonan mereka dapat melemahkan demokrasi di negeri.

Seorang pakar komunikasi UNS menyebut bahwa posisi Gibran sebagai anak Presiden Joko Widodo (Jokowi) dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap pasangannya. kehadiran Gibran, anak Presiden Joko Widodo, di pasangan ini juga  menyebabkan rendahnya popularitas terhadap pemilih milenial, yang mungkin mengancam dukungan mereka, Pasalnya, Pendiri Drone Emprit menemukan bahwa mayoritas diskusi di media sosial terkait pencawapresan Gibran menulis percakapan negatif, yakni 41%, sementara percakapan positif sebesar 39%

Beberapa pengamat menyebut bahwa pencalonan Gibran bukanlah keputusan spontan, melainkan hasil persiapan yang panjang dan penuh perhitungan, termasuk dalam upaya yang mempengaruhi Mahkamah Konstitusi. Dominique Nicky Fahrizal, analis Pusat Kajian Strategis dan Internasional (CSIS) di Jakarta, menyatakan bahwa salah satu langkahnya adalah mengubah tata letak pengadilan, yang dianggap telah membakar nilai demokrasi Kritik juga muncul terkait dengan dinasti politik, di mana beberapa aktivis dan sejarawan mengatakan bahwa dinasti politik tidak dapat dihindari, namun hal ini bisa berdampak pada demokrasi Indonesia

Selain itu, terdapat pula pandangan yang menyatakan bahwa Prabowo sangat tepat mendapat nomor urut 2 pada Pilpres 2024 karena mengedepankan prinsip keadilan dengan cara-cara yang dianggap tepat. Meskipun demikian, keputusan ini juga menimbulkan polemik di masyarakat, terutama terkait dengan keputusan Mahkamah Konstitusi yang membuka pintu bagi Gibran untuk menjadi cawapres

Pakar komunikasi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Andre Rahmanto, mengungkapkan bahwa pemilihan Gibran Rakabuming sebagai cawapres Prabowo Subianto memiliki plus dan minus. Ia menyatakan bahwa isu tersebut bisa menguntungkan atau merugikan tergantung pada bagaimana tim Prabowo-Gibran mengelola isu tersebut. Posisi Gibran sebagai anak Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai bisa menjadi isu yang menguntungkan karena Jokowi masih memiliki banyak pendukung, namun juga bisa merugikan jika sentimen negatif terus muncul.

Mengutip dari CNBC Indonesia, Data dari laporan Drone Emprit juga menunjukkan bahwa sebagian besar diskusi di media sosial terkait pencawapresan Gibran pidato negatif, yakni 41%, sementara percakapan positif sebesar 39%. Selain itu, terdapat juga narasi negatif terkait pencawapresan Gibran yang muncul dari kelompok pendukung Ganjar atau PDIP. Meskipun demikian, pasangan Prabowo-Gibran telah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan mengenakan kemeja berwarna biru muda sebagai representasi mereka..

Selain itu, terdapat juga hoaks yang menyebutkan bahwa Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menjadikan Gibran sebagai "tumbal" untuk merusak. reputasi Presiden Jokowi, namun klaim tersebut telah dibantah dan dianggap tidak benar. Meski terdapat kritik dan polemik terkait pencawapresan Gibran, pasangan Prabowo-Gibran terus melaju dan menepis tudingan dari sejumlah tokoh bangsa. Polemik terkait pencawapresan Gibran juga muncul setelah putusan Konstitusi Mahkamah (MK) yang membuka kesempatan bagi Gibran untuk menjadi cawapres meski berusia di bawah 40 tahun. Meski demikian, pihak Prabowo-Gibran menegaskan bahwa putusan MK bersifat final dan mengikat. Dengan demikian, terdapat berbagai pendapat dan polemik terkait pencawapresan Gibran, namun pasangan Prabowo-Gibran tetap melanjutkan langkah politik mereka menuju Pilpres 2024

Kaum milenial di Indonesia, sebagai generasi yang tumbuh dalam era teknologi dan informasi, memiliki peran yang signifikan dalam menentukan arah politik negara. Dua figur yang cukup mencuat dalam peta politik tanah air  membuat pandangan kaum milenial terhadap Prabowo dan Gibran mencerminkan kompleksitas politik Indonesia. Faktor-faktor seperti pengalaman, ketegasan, dan representasi generasi menjadi pertimbangan utama. Meski demikian, perbedaan pandangan antarindividu adalah hal yang wajar, dan diskusi terbuka tentang visi dan nilai-nilai yang diusung oleh kedua tokoh ini menjadi penting dalam menggambarkan dinamika politik di era milenial Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline