SIMALUNGUN (Kompasiana): Ratusan warga Kecamatan Bandar Huluan dan Dolok Batunanggar (Dobana) Kabupaten Simalungun, Kamis (5/12/2024), melakukan aksi pemblokiran jalan kabupaten menghubungkan Laras -- Dolok Ilir (Serbelawan). Akibat aksi itu, selama beberapa jam sistem transportasi menuju Serbelawan dan sebaliknya lumpuh total.
Aksi yang dilakukan warga setempat sebagai ungkapan protes terhadap sikap Pemkab Simalungun yang tidak juga memperbaiki kerusakan badan jalan yang telah puluhan tahun mengalami kerusakan parah.
Warga yang diliputi rasa kesal dan kecewa itu melakukan pemblokiran jalan dengan ban bekas serta memalangkan truk di tengah badan jalan. Aksi itu merupakan aksi kedua setelah aksi pertama dilakukan warga pada pertengahan Nopember 2024 lalu. Pengunjuk rasa juga melarang kendaraan melintasi jalan dimaksud dari mulai pukul 09:00 hingga pukul 12:00, blokir dibuka untuk menghormati yang akan shalat Dzuhur. Selanjutnya, jalan kembali diblokir.
Akibat pemblokiran jalan itu, sistem transportasi kendaraan bus dan angkutan truk, baik dari Laras maupun sebaliknya praktis lumpuh total selama aksi berlangsung.
Selamat dan Wahyudi selaku orator pengunjuk rasa mengatakan, kerusakan jalan menuju ke daerah itu sudah hampir mencapai 20 tahun dan hingga kini tidak juga diperbaiki Pemkab Simalungun. Keadaan itu membuat warga kesal dan melakukan aksi blokir jalan agar pemerintah memberikan perhatian serius untuk memperbaikinya atau mengaspalnya.
"Kami akan buka blokir ini apabila bupati sudah sampai disini. Tolong sampaikan, supaya bupati datang menyapa kami," ucap Selamat.
Hal sama juga dikemukakan Wahyudi, orator lainnya. Mereka menuntut agar Bupati Radiapoh Sinaga atau Kadis PUTR turun langsung menerima aspirasi warga.
"Aksi ini murni karena rasa kecewa masyarakat. Kita minta bupati atau kadis PUTR datang kesini langsung mendengar dan menerima aspirasi warga. Pengaspalan merupakan harga mati, kalau tidak, jalan tetap kami blokir," teriak Wahyudi.
Selain berorasi, warga membawa peralatan unjuk rasa seperti sound system atau pengeras suara, spanduk, poster dan papan bunga yang intinya mengkritisi pejabat dan pemerintah di daerah. Bahkan pengunjuk rasa juga membuat satu kuburan sebagai simbol matinya hati para pejabat serta tidak adanya keadilan bagi masyarakat Bandar Huluan dan Dobana.
Menyikapi aksi yang digelar masyarakat tersebut, Camat Bandar Huluan, Akbar P Siregar mencoba menyahuti, namun warga menolak kehadiran camat itu.
"Kami tidak butuh camat, kami minta bupati yang harus menjawab aspirasi kami," teriak warga.