Lihat ke Halaman Asli

LRT (Long Rapid Transportation) Mengubah Kualitas Hidupku...

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Salah satu alasan utamaku " Hijrah" ke Negeri Jiran adalah perasaan bersalah kepada anakku setiap hari pulang ke rumah sehabis pulang kantor yang selalu  saat magrib baru tiba di rumah atau harus terburu-buru  " on-time " keluar kantor untuk menghindari macet  yang sangat" menguras" waktu . Macet  betul-betul membuat hidupku tidak effisien karena waktu habis di jalan. Perasaan bersalah, stress yang ber kepanjangan setiap di perjalanan bila macet terjadi karena sifatku yang " penakut" dengan banyaknya pengendara motor maupun mobil yang kadang tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas dengan baik sehingga acap kali menjadi beda pendapat dengan suamiku karena rasa " takut ku " yang berlebihan menganggu konsentrasi beliau dalam mengendarai kendaraan. Dan impact dari Stress setiap hari diperjalanan membuat banyak penyakit datang kepadaku, seperti sering pusing kepala dan gatal-gatal di kaki.

Akhirnya setelah berpikir, aku menyatakan keinginanku kepada suamiku untuk " Hijrah" ke negeri yang memiliki LRT/ MRT sehingga aku memiliki waktu yang lebih untuk anak ku. Daripada waktu ku " terbuang sia-sia di jalan dan aku pun juga stress karena sifat " penakutku" yang tidak bisa di hindari, akhirnya kubulatkan tekadku demi kesehatan dan kualitas hidupku lebih baik demi anak ku tersayang. Begitu ada informasi lowongan pekerjaan dari salah seorang temanku di salah satu negeri Jiran, maka aku mencoba peruntungan ku dengan niat untuk  kualitas hidup ku lebih baik dalam sisi kesehatan dan juga tentunya untuk banyak waktu ber cengkrama dengan anakku tersayang.

Ternyata perkiraan ku tidak sia-sia, aku kekantor hanya perlu waktu 15 menit dengan LRT dari Apartment kami ke kantor dan Anak ku ke sekolah menumpang Bis sekolahnya hanya 15 menit juga. Sementara kami di Ibu kota ke kantor ku minimal memerlukan waktu 30- 40 menit bila tidak macet, namun bila macet bisa 1 -1 1/2 jam. Sementara anak ku di Ibu kota memerlukan waktu 1 jam ke sekolahnya. Dari segi biaya transportasi juga sangat jauh lebih murah. Untuk bolak balik  Kantor - Apartment, saya hanya membutuhkan biaya 4 RM/ hari ( +/- Rp. 16.000/hari)  yang artinya satu bulan membutuhkan biaya hanya Rp. 352.000. Sementara ketika kami di Ibukota , setiap 3 hari sekali minimal suamiku isi bensin kendaraannya sekitar Rp.200.000.  Dan Biaya transportasi anak ku ke sekolah +/-  Rp. 3.000.000/ bulan ,dengan perincian supir kami : Rp. 1.500.000 dan Rp. 1.500.000 untuk biaya bensin dan toll. Sementara biaya Anakku dengan Bis Sekolahnya hanya 120 RM/ bulan ( Rp. 480.000). Jadi, dari sisi materi pun sangat jauh berkurang.

Buat saya pribadi, saya sangat mendukung program pemerintah untuk pembuatan LRT/ MRT ( Mass Rapid Transportation )  karena saya mengalami sendiri dan merasakan bagaimana efisiennya bila ada LRT disamping dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat tinggi di Ibukota, LRT adalah sarana transportasi yang paling terbaik untuk mengatasi kemacetan dan memperbaiki kualitas hidup menjadi lebih baik, mengurangi stress di jalan raya. LRT telah banyak mengubah kualitas hidupku dalam sisi kesehatan, waktu bersama anak, biaya dan tentunya dengan kondisi saya sebagai wanita pekerja dan seorang Ibu yang harus siap kapan pun berangkat bila anak saya menelpon dari sekolah. Dan semuanya bisa saya tempuh dalam waktu 30 menit dari kantor tanpa harus mengorbankan jam kerja saya. Terima kasih.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline