Lihat ke Halaman Asli

Irama Kesunyian

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Secangkir kopi menemani subuh ini
Bersama bayangmu merengkuh hangat
Sesaat ku tersadar…
Irama jiwa berkelakar selaras senyap
Menyapu puing-puing lelah tersisa

Keheningan terpecah-belah
Saat raut wajahmu hinggap
Terdengar lantunan tak bertuan
Berdendang perlahan tak tentu arah
Inikah irama romantika?
Lalu, mengapa ada asmara yang tersisa?
Diantara cawan nan menjulang indah…

Ragaku menggigil panjang
Saat sang waktu memperdengarkan jejaknya
Terdiam ataukah harus menangis?
Harmoni sudah semakin beringas…
Seakan hendak membekukan naluri

Perlahan aku mulai menguasai ritme
Melantun bersama gemercik air
Siklus terus berputar semaunya
Memaksaku untuk tetap berdendang
Menantang dan meradang
Entah sampai kapan …

25.07.10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline