Lihat ke Halaman Asli

Mang Pram

TERVERIFIKASI

Rahmatullah Safrai

Dulu Hancur Karena Tsunami, Kini Pantai Carita Kembali Cantik

Diperbarui: 1 Februari 2021   23:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senja di Pantai Cidatu Carita (dokpri)

Masih teringat dalam ingatan saya, dua hari pasca terjadi tsunami Pantai Selat Sunda, 24 Desember 2018. Jalan Raya Anyer-Labuan luluh lantah dengan puing-puing bangunan yang berserakan. Petugas keamanan dari Polri dan TNI berjaga.

Usai Salat Subuh, Motor Trill sudah digas dari halaman rumah di Kota Cilegon. Setelah malamnya mendapatkan surat tugas khusus peliputan di wilayah terdampak tsunami di sepanjang Pantai di Kabupaten Pandeglang, Banten. 

Rintik hujan turun sepanjang roda motor menggilas Jalan Raya Anyer. Jalan wisata yang selalu ramai dengan kendaraan plat B jadi terasa sepi. Warga di Kecamatan Anyer yang berada di dekat pantai sudah mengungsi. Hanya para pemuda saja yang berjaga-jaga di jalan.

Hujan mulai reda ketika sampai di Pantai Karang Bolong. Sempat terhenti karena akses jalan terhambat oleh sejumlah mobil relawan dan warga. Puing-puing bangunan dari hotel dan villa yang hancur tersapu ombak memenuhi jalan membuat kendaraan roda empat sulit melintas.

Beruntung bermodalkan kartu pers, pihak keamanan dari TNI memperbolehkan saya menerobos. Menggilas puing-puing bangunan, membuat pikiran selalu berimaginasi dengan malam tragis itu. Hanya bisa dzikir dan doa ketika rasa takut datang, jangan sampai ada tsunami susulan datang tiba-tiba.

Saya kemudian memilih parkir motor di depan kantor Polsek Carita yang bagian pagar hingga depan bangunan hancur. Hujan turun tiba-tiba. Saya berteduh di bangunan yang sebagian sudah hancur. Kopi panas yang saya simpan di termos cukup menghangatkan tubuh dari hembusan angin yang dingin, juga cukup berbagi dengan warga dan anggota TNI.

Warga bernama Suryadi bercerita tentang kedatangan tsunami yang datang secara tiba-tiba. Tidak ada gempa dan peringatan apa pun. Orang-orang mencoba menyelamatkan diri ketika gelombang tsunami mendadak datang.

"Gak terlalu tinggi sih, Kang. Ada kayanya satu meter. Tapi kencang banget. Bisa nyered mobil. Semua orang langsung lari menjauh dari pantai," kata warga.

Suara adzan dzuhur berkumandang, langit sudah terang. Saya langsung menyiapkan kamera. Mengambil foto. Hati tidak henti berdzikir, seiring mengikuti langkah tim evakuasi yang menyusuri Pantai Carita.

Sesekali melihat lautan yang dipayungi awan kelabu. Hati menjadi menebak-nebak, kondisi seperti apa Anak Gunung Krakatau?  Satu bulan sebelum tsunami sempat melihat geliat Gunung Anak Kraktau dengan semburan lava dari bukit di Pesauran. Bahkan setahun sebelumnya sempat sampai di Puncak Gunung Anak Krakatau dalam event Krakatau Festival Provinsi Lampung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline