Lihat ke Halaman Asli

Mang Pram

TERVERIFIKASI

Rahmatullah Safrai

Social Distancing Saat Banyak Pesta Pernikahan Tetap Digelar

Diperbarui: 22 Maret 2020   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pernikahan (StockSnap/Pixabay)

Sebagai mahluk sosial, sepertinya masyarakat kita selalu asik melakukan kegiatan berkumpul bersama. Di tengah penyebaran pandemi Covid-19 yang semakin meluas, anjuran pemerintah untuk melakukan social distancing masi tidak diindahkan.

Apa sebab? Sudah satu pekan pemerintah memberlakukan social distancing dengan meliburkan sekolah, kampus, dan menganjurkan kerja di rumah. Tujuannya untuk menekan penyebaran virus yang pertama muncul di Wuhan, China.

Sayang seribu sayang, sebagai warga Banten yang masuk zona Kejadian Luar Biasa (KLB) kondisi masyarakatnya masi tetap santuy dan tidak peduli dengan ancaman penyebaran virus.

Minggu, 22 Maret ini saja, saya menerima undangan pesta pernikahan di tiga tempat. Dalam seminggu ini total 7 undangan. Ya, menjelang Ramadan memeng banyak muda mudi memilih waktu yang baik di bulan rajab dan syaban untuk menikah.

Ganasnya penyebaran virus corona dianggap tidak berarti ketika pesta pernikahan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari harus terlaksana. Padahal bisa saja akad nikah terlebih dahulu yang dihadiri oleh keluarga dan resepsi kembali digelar setelah kondisi kembali pulih.

"Tidak bisa diundur lagi. Malu jika dibatalkan pestanya," kata sahabat saya yang melaksanakan pesta pernikahan di hari minggu ini.

Banyak faktor yang dipertimbangkan oleh keluarganya. Salah satunya tidak mungkin dibatalkan karena sudah mengundang sanak saudara dari jauh-jauh hari. Membantalkan pesta hanya akan membuat malu keluarga saja.

Apa mau dikata, itu hak mereka untuk melaksanakan pesta. Tentu akan berbenturan dengan orang yang melakukan social distancing dan mendapatkan surat undangan. Artinya punya kewajiban untuk menghadiri pesta itu.

Membayangkan kemeriahan pesta pernikahan, menjadi pesta butiran virus yang tidak terlihat itu menempel dari tangan satu ke tangan yang lain. Jadi pesta penyebaran virus.

Jika kita gambarkan, seorang terinfeksi covid-19 hadir ke pesta pernikahan. Dia akan mendatangi meja tamu dan menuliskan biodata di buku tamu. Ini saja sudah meninggalkan jejak virus di buku dan pulpen. Kemudian bersalaman dengan penyambut tamu yang biasanya berjumlah 4 orang. Kemudian ke pelaminan meberikan selamat kepada kedua pengantin dan kedua pasang orang tua. Mengambil makanan di meja prasmanan dan meninggalkan jejak virus di sana.

Jika yang hadir seribu tamu, tempat pesta pernikahan menjadi tempat pesta covid-19 untuk melakukan penyebaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline