Memiliki gawai dengan perangkat kamera yang super cangih saat ini, membuat siapa saja bebas mengoprasikan.
Dengan kamera yang dimiliki, semua orang menjadi bebas mengambil foto dan video dalam situasi apa pun. Kebebasan yang kemudian tidak perduli dengan orang-orang sekitar yang merasa tidak nyaman dengan kamera yang sedang dioprasikan.
Seperti yang dialami rekan kerja saya, Dinda. Di kantin, saat makan siang, Dinda mulai tidak nyaman ketika rekan kerja lainnya, Ayustin sedang asik swa foto di bangku sebelah.
Dinda langsung membuka instagram. Raut wajahnya berubah kesal ketika melihat foto yang baru saja di post di akun Ayustin. Pasalnya dibalik gambar swafoto Ayustin, terdapat Dinda dan saya juga.
Dinda yang tidak terima langsung menghampiri Ayustin. "Sebaiknya hapus foto yang baru kamu post di IG," kata Dinda dengan nada memaksa.
"Apa hak kamu nyuruh saya hapus foto? Ini IG saya, bebas lah mau pasang foto apa pun itu," kata Ayustin.
"Saya tidak suka, di foto itu ada gambar saya dan Mas Pram. Tolong hapus foto itu!" Dinda memaksa. Perdebatan dengan Ayustin menjadi perhatian banyak orang.
Saya mengenal Dinda cukup lama, orang yang sulit diajak foto. Jika pun mau, biasanya foto formal secara bersamaan dalam sebuah kegiatan. Dinda selalu menghindar jika ada kamera yang mengarah padanya.
"Bisa tidak paham dengan privasi orang?" kata Dinda dengan keras.
Yah, Dinda merasa di dalam foto yang dipost Ayusita itu ada sisi yang tidak baik. Bukan pada wajah cantik Ayustin, tapi terlihat jelas ada Dinda dan saya yang sedang makan berdua. Dinda khawatir jika ada orang yang salah pahan mengartikan foto itu. Dinda juga tidak suka jika foto yang ada dirinya tersebar di media sosial orang lain.