Lihat ke Halaman Asli

Mampukah Guru Penggerak Menjadi Pemimpin Pembelajaran?

Diperbarui: 17 Februari 2023   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Program Guru Penggerak (PGP) sudah digulirkan dan dilaksanakan sejak tahun 2020. Program ini merupakan sebuah gerakan yang diharapkan dapat berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Para guru sebagai lulusan program ini digadang-gadang akan menjadi pemimpin pembelajaran sehingga membawa perubahan baik pada pendidikan. Benarkah guru penggerak mampu menjadi pemimpin pembelajaran?

Program Guru Penggerak merupakan pelatihan guru dalam pengelolaan pembelajaran dan lingkungan pembelajaran. Pada PGP ini memuat 3 paket modul, yaitu paradigma dan visi guru penggerak, praktik pembelajaran yang berpihak pada murid, dan pemimpin pembelajaran dalam pengembangan sekolah. Ketiga paket modul tersebut dipelajari dan dikaji secara bertahap dan urut.

Pada paket modul 1, calon guru penggerak diberikan wawasan tentang filosofi pendidikan dan pembelajaran. Calon guru penggerak diminta menelaah filosofi pendidikan dan mengejawantahkan pada lingkungan pembelajaran yang ada di sekolahnya. Calon guru penggerak dapat membuka dan membentuk pola pikir atau mindset bagaimana pembelajaran yang sesuai dengan filosofi pendidikan dan arahan Kurikulum Merdeka. Para calon guru penggerak diberikan gambaran tentang fungsi dan peran guru penggerak sendiri sehingga mampu mengimplementasikannya dalam pembelajaran maupun di sekolah. Calon guru penggerak diharapkan dapat merumuskan rencana prakarsa perubahan yang dapat dilakukan. Prakarsa perubahan ini dapat dimulai dari yang kecil, sederhana, tetapi konsisten dilakukan. Harapannya apa yang dilakukan dapat dilihat oleh guru lain sehingga guru lain pun dapat melakukannya. Muara dari paket modul 1 adalah calon guru penggerak dapat menciptakan dan mengembangkan budaya positif di sekolah.

Pada paket modul 2, calon guru penggerak mengkaji pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran yang berpihak pada murid ini meliputi pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial emosional, dan coaching dalam pembelajaran. Calon guru penggerak dapat melakukan praktik pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional. 

Pembelajaran ini dapat mengakomodasi kodrat atau potensi yang ada pada murid. Apabila murid dapat mengembangkan potensinya, tentu dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan murid tersebut. Calon guru penggerak dapat memantau perkembangan dampak pembelajaran melalui coaching terkait pembelajaran pada siswa. Coaching ini juga dapat dilakukan terhadap guru lain melalui supervisi akademik. Dengan demikian pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional ini dapat diterapkan oleh guru lain sebagai rekan calon guru penggerak di sekolah.

Pada paket modul 3, calon guru penggerak dapat mengkaji peran guru dalam manajemen sekolah. Calon guru penggerak dapat melihat dan menganalisis pengambilan keputusan oleh kepala sekolah melalui wawancara yang dilakukan. Selain itu, calon guru penggerak juga dilatih untuk membuat rancangan pengembangan sumber daya yang ada di sekolah maupun pengembangan program pengembangan sekolah. Pengembangan sumber daya dan program ini tentu mengarah pada dampak positif terhadap murid. Tidak terlepas juga dengan konsep pembelajaran berdiferensiasi yang mengakomodasi potensi murid.

Dari paket modul tersebut, apakah cukup membekali calon guru penggerak untuk menjadi pemimpin pembelajaran? Semua bergantung juga pada calon guru penggerak tersebut. Modul yang ada memang menjadi bekal yang cukup untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Implementasi ketiga modul tersebut akan mendukung dan memberikan gambaran pelaksanaan pemimpin pembelajaran. Pengalaman sebelum atau di luar PGP juga dapat menjadi bekal, tidak semata-mata dari PGP. Kedewasaan berpikir dan bertindak juga menjadi faktor yang perlu dimiliki oleh pemimpin pembelajaran. Kedewasaan ini tidak selalu berbanding lurus dengan usia. Guru penggerak yang berusia muda pun, belum tentu tidak memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin pembelajaran.

Jadi, mampukah guru penggerak menjadi pemimpin pembelajaran?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline