Karawang, 11 November 2024. Carina Fitri, Delia Setia Putri, Devita Ramandhani, Mangerbang Ardis Witman Pakpahan, Marcel Tjitrayudha, Risma (Mahasiswa/i Universitas Singaperbangsa Karawang) bekerja sama dengan Dr. Tiar Lina Situngkir, S.E., M.M (Dosen Universitas Singaperbangsa Karawang) melakukan penulisan yang Berjudul "KOMPLEKSITAS STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN MULTINASIONAL: PELUANG DAN TANTANGAN"
Struktur modal perusahaan multinasional (MNC) merupakan elemen krusial yang sangat memengaruhi kinerja dan kelangsungan bisnis di pasar global. Struktur modal sendiri didefinisikan sebagai kombinasi optimal antara utang dan ekuitas, yang berperan penting dalam menentukan kebijakan finansial perusahaan. Berbagai faktor seperti ukuran perusahaan, risiko kebangkrutan, serta volatilitas arus kas memengaruhi keputusan MNC terkait struktur modalnya.
Multinational Company (MNC) cenderung memiliki ukuran yang lebih besar dan risiko kebangkrutan yang lebih rendah dibandingkan perusahaan lokal (Gyimah et al., 2021). Ini memungkinkan mereka untuk mengakses utang eksternal dengan lebih mudah, yang sering kali digunakan sebagai instrumen perlindungan terhadap risiko nilai tukar dan politik di negara tempat mereka beroperasi. Namun, internasionalisasi juga membawa tantangan baru, seperti meningkatnya asimetri informasi dan biaya pemantauan yang lebih besar. Hal ini dapat meningkatkan biaya agensi utang dan membatasi manfaat penggunaan utang dalam struktur modal MNC.
Selain faktor eksternal, faktor-faktor spesifik perusahaan juga memainkan peran penting dalam menentukan struktur modal. MNC harus tanggap terhadap berbagai determinan struktur modal untuk mencapai pertumbuhan finansial yang optimal (Ali et al., 2022). Misalnya, kewajiban pajak tangguhan dan tarif pajak dapat memengaruhi keputusan pembiayaan, yang pada akhirnya memengaruhi sistem perpajakan perusahaan.
Keunggulan kompetitif juga diperoleh MNC melalui kemampuan mereka memanfaatkan perbedaan regulasi antarnegara. Struktur organisasi MNC seringkali digunakan untuk melakukan diversifikasi kebijakan modal (Kluzek & Schmidt-Jessa, 2022). Dengan akses yang lebih mudah ke pasar modal internasional dan kemampuan untuk melakukan pembiayaan internal antar-entitas, MNC memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam pengelolaan modal mereka.
Profitabilitas juga merupakan faktor kunci yang mempengaruhi struktur modal. Penelitian oleh (Tolba & Mekawy, 2020) terdapat hubungan empiris antara struktur modal dan profitabilitas. Utang jangka panjang cenderung berdampak negatif terhadap profitabilitas, sementara utang jangka pendek dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi MNC untuk mempertimbangkan dengan hati-hati keseimbangan antara utang dan ekuitas untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Dalam (Setiawan et al., 2022) menekankan bahwa kombinasi proporsi utang dan ekuitas harus diatur secara optimal untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Penelitian oleh (Olivia & Hirawati, 2021) mendukung temuan ini, dengan menyatakan bahwa struktur aktiva dan profitabilitas memainkan peran signifikan dalam keputusan terkait struktur modal. Dalam (Dayanty & Setyowati, 2020) juga menyoroti bahwa ketergantungan yang berlebihan pada utang dapat berdampak negatif pada nilai perusahaan. Peningkatan beban utang sering kali memicu kekhawatiran investor tentang kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Oleh karena itu, menemukan keseimbangan antara penggunaan utang dan ekuitas dalam struktur modal menjadi hal yang sangat penting bagi MNC untuk menjaga kepercayaan investor serta stabilitas finansial perusahaan. Selain itu, (Meidona et al., 2022) menambahkan bahwa perusahaan dengan profitabilitas tinggi umumnya memiliki arus kas internal yang besar, sehingga membutuhkan lebih sedikit pendanaan eksternal. Hal ini menyebabkan tingkat utang yang lebih rendah, meskipun pada umumnya pertumbuhan perusahaan berbanding terbalik dengan peningkatan struktur modal. Semakin tinggi struktur modal, semakin rendah tingkat pertumbuhan perusahaan.
Namun, tantangan muncul ketika MNC terlalu mengandalkan utang. Ketergantungan yang berlebihan pada utang dapat meningkatkan risiko dan biaya modal (Awaluddin et al., 2019). Ini mengindikasikan bahwa pengelolaan struktur modal yang tidak tepat dapat membawa risiko besar bagi kelangsungan bisnis MNC. Dalam (Avezum et al., 2022) menyatakan bahwa regulasi modal yang ketat dan pengawasan yang kuat oleh otoritas berhubungan negatif dengan leverage perusahaan, artinya semakin ketat regulasi, semakin rendah penggunaan utang. Sebaliknya, pembatasan aktivitas non-pinjaman dan konglomerat finansial berkaitan positif dengan leverage, karena pajak yang dapat dikurangkan dari utang sering kali memengaruhi keputusan pembiayaan perusahaan.
Diskusi dengan Dr. Tiar Lina Situngkir menggaris bawahi pentingnya pendekatan yang fleksibel dalam mengelola struktur modal MNC di tengah perubahan pasar global. MNC harus memperhatikan tidak hanya kombinasi antara utang dan ekuitas, tetapi juga faktor-faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah, fluktuasi suku bunga, dan ketidakpastian ekonomi. Dengan mengadopsi strategi yang responsif terhadap kondisi tersebut, MNC dapat mengoptimalkan struktur modal dan mempertahankan daya saing. Memperhatikan elemen-elemen ini diharapkan dapat membantu MNC mengurangi risiko finansial dan meningkatkan stabilitas operasional, sambil memaksimalkan nilai perusahaan dalam lingkungan yang semakin kompetitif. Lebih jauh lagi, Dr. Tiar juga menekankan pentingnya manajemen risiko yang efektif dalam pengambilan keputusan pembiayaan. MNC perlu menganalisis dan mengurangi risiko yang berkaitan dengan utang, termasuk risiko nilai tukar dan risiko terkait kebijakan di negara tempat mereka beroperasi. Dengan strategi yang tepat, MNC bisa memanfaatkan utang jangka pendek untuk meningkatkan likuiditas tanpa mengorbankan profitabilitas. Keseluruhan pendekatan ini bertujuan tidak hanya untuk mencapai efisiensi biaya, tetapi juga untuk membangun kepercayaan investor dan menciptakan nilai jangka panjang yang berkelanjutan bagi perusahaan.