Semoga engkau baik-baik saja Inang Naburju. Aku menulis surat ini sebagai ungkapan isi hatiku. Betapa bersyukurnya aku memiliki seorang ibu yang sangat baik, kuat dan tangguh.
Ibu, engkaulah panutan dan pahlawan bagi kami anak-anakmu. Pengorbananmu luar biasa. Engkau tidak kenal lelah bekerja siang dan malam. Saat ayah harus merantau ke kota, engkau berjuang sendiri memberi kami makan. Bekerja di tengah terik matahari., menahan panas dan hujan agar kami bisa sekolah.
Ibu, satu hal yang masih melekat di ingatanku. Dahulu kita mempunyai kebun kopi. Aku lupa tepatnya usia berapa saat itu. Namun, satu hal yang menyenangkan bagiku kala itu adalah ketika engkau mengajakku ke onan (pasar). Kita berjalan kaki sejauh 5 kilometer membawa biji-biji kopi kering untuk dijual di pekan.
Aku juga senang sekali saat ikut membawa telur-telur bebek untuk dijual. Aku tidak menyangka bahwa pengalaman itu menjadi pelajaran berharga yang kupegang hingga kini. Menjaga telur ibarat menjaga nasihatmu agar tetap terpatri terus hingga ke dalam jiwa. Dinginnya pagi tidak membuatmu lelah untuk pergi marengge-rengge (jualan sayur-mayur). Tidak kenal lelah untuk melindungi dan memperjuangkan tujuh orang anakmu. Saya tidak akan lupa semua jasa dan kebaikanmu. Betapa baik dan tulus kasih mu kepada kami anak-anakmu.
Perjuangamu tidak sia-sia Ibu. Meski usiamu sudah 65 tahun, tapi jiwa dan semangatmu tidak pernah surut.
Ibu kebanggaanku, walau hanya mengecap kelas II SD, tapi cara padang dan mimpi-mimpimu seperti orang berpendidikan.
Kita dahulu sangat miskin, tidak ada warisan apalagi harta yang melimpah. Engkau hanya seorang petani tapi sangat tangguh. Suatu hari ketika beras menipis, engkau tahan tidak makan agar nasi cukup untuk kami. Semua hanya karena doa dan semangatmu. Kini semua perjuangan dan jerih payahmu tidak sia-sia Ibu.
Engkau berharap agar kami dapat sekolah sampai sarjana. Semua anakmu sudah lulus sarjana. Bahkan dua anakmu sudah meraih gelar master. Lihat ibu, Tuhan mendengarkan doamu. Bahagialah Ibu!
Maaf kan aku ibu, karena terpisahkan jarak belum bisa maksimal untuk membalas budi baikmu. Sebagai anak pertama, aku seharusnya menjadi tempat sandaran di masa tuamu. Engkau bahkan kadang terbebani karena sering menjaga cucu-cucumu. Kasihmu bahkan semakin besar kepada mereka. Di masa tuamu, engkau masih terus menanggung beban kami.
Ibuku yang baik, jangan lah mengeluh atas keadaan kami anak-anakmu. Bawalah kami selalu dalam doamu agar kami semakin sukses, baik di keluarga maupun karir kami.
Dari kejauhan, kami selalu berdoa untukmu. Berharap agar engkau diberi umur yang panjang dan kesehatan. Agar dapat menyaksikan kami dan cucu-cucumu memperoleh berkat Tuhan yang sudah engkau tanam. Meski masalah kadang menimpa anak-anakmu, tapi doamu selalu melepaskan kami dari keterpurukan dan keputusasaan.
Selamat Hari Ibu untuk Inang Naburju Resianna Siburian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H