Perlu ditegaskan di awal, bahwa ulasan di bawah ini adalah bagian dari tulisan yang berjudul Lima Alasan Mengapa Saya Ikut Kopdar. Semua akan saya sajikan secara terpisah. Mengingat pembahasan sedikit agak panjang. Selamat membaca!
****
Dari ulasan Penantian Kopdar kita belajar bahwa mengembangakan potensi literasi diri butuh perjuangan. Perjuangan yang menegaskan diri bahwa kita sungguh-sungguh terhadap apa yang menjadi hobi dan dicita-citakan. Sikap gigih, mau terus berproses dan resiprokal terhadap dinamika pengetahuan adalah denyut nadi perjuangan yang digelorakan.
Tak terkecuali pengorbanan materil, waktu dan kesempatan dihitung sebagai salah satu bentuk pengejawantahan dari perjuangan yang dilakukan. Hal ini senada dengan peribahasa: "Tidak ada proses yang membohongi hasil". Ketidaktakutan kehilangan materil-non materil inilah simbol betapa pentingnya mengupayakan diri untuk terus berproses. Sebab, optimal tidaknya dalam berproses akan berdampak pada hasil yang dituai.
Bagi orang yang bersungguh-sungguh, proses berliku dan terjal bukan halau rintangan yang berarti sehingga kapan pun dapat diterjang asalkan mampu menempa diri. Dengan kesadaran yang utuh ia memahami bahwa begitulah proses yang harus dilewati. Dilewati sembari menikmati setiap jengkal perjalanan yang meyapa diri.
Terus bergerak adalah pilihan yang tepat dan lebih baik daripada hanya berdiam di tempat. Bagi orang yang bertekad kuat atas sesuatu, dua kalimat tersebut adalah kunci utama menuju tangga keberhasilan. Sementara kegagalan menandakan semakin dekat untuk sampai pada tujuan.
Satu sisi, tidak menutup kemungkinan, melakukan perjuangan secara mandiri untuk terus berproses menggeluti dunia literasi akan terasa lebih hambar dan menjenuhkan. Berbeda halnya jikalau kita menemukan orang yang sefrekuensi, perjuangan itu jelas akan jauh lebih berwarna. Di titik inilah keputusan menjadi bagian dari komunitas memiliki peranan penting.
Bergabung menjadi bagian komunitas literasi hakikatnya menghimpun kesamaan. Kesamaan dalam menikmati proses perjuangan dan tumbuh-kembang. Ada strategi, sikap kesalingan dan sepenanggungan yang sama-sama dirasakan. Ada visi misi yang disepakati bersama untuk diwujudkan. Oleh sebab itu, kopdar di antara anggota pada dasarnya adalah agenda rutin yang harus digalakan.
Hemat saya, setidaknya ada beberapa alasan mengapa calon penulis--termasuk amatiran seperti saya--ngotot (bahasa Sunda: kekeh), merasa butuh dan harus berpartisipatif dalam acara kopdar RVL ke-3 di Batu, Malang. Alasan, dampak dan hal positif yang dapat dituai dari menghadiri kopdar tersebut tentu bersifat subjektif. Masing-masing orang bisa saja berbeda. Akan tetapi jikalau ditelisik lebih mendalam, perbedaan itu terfokus pada beberapa hal yang akan dipaparkan sebagai berikut.
Pertama, terlibat dalam kopdar dapat mempererat tali silaturahmi. Selama kopdar berlangsung sangat dimungkinkan terjadi silaturahmi tiga jalur: di antara sesama anggota, anggota dengan pengurus harian atau mungkin anggota dengan peserta newbie. Bahkan bisa pula membangun silaturahmi dengan tokoh tertentu yang mendapuk tugas sebagai narasumber. Semuanya serba dapat dikondisikan karena adanya kesamaan kepentingan.