Lihat ke Halaman Asli

Roni Ramlan

Pembelajar bahasa kehidupan

Delapan Manfaat Membaca Buku Menurut Gol A Gong

Diperbarui: 18 September 2024   22:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri: Slide Presentasi Gol A Gong dalam workshop RVL

Perlu ditegaskan di muka bahwa tulisan ini adalah lanjutan dari postingan sebelumnya. Tepatnya lanjutan dari artikel Mengenal Lebih Dekat Duta Baca Indonesia Yuk! Saran saya, supaya anda mendapatkan alur yang sinkron alangkah baiknya membaca edisi sebelumnya. 

****

Dari tiga tradisi yang mengakar rumput tersebut, beliau menyoroti membaca sebagai kegiatan yang positif. Baik positif untuk fisik atau pun mental. Hemat beliau, setidaknya ada delapan manfaat yang dapat dituai dari kegiatan membaca. Manfaat itu baru akan dirasakan manakala kita mampu meluangkan waktu 30 menit per hari atau sekitar 3,5 jam per minggu untuk membaca buku. Apa sajakah itu? Mari kita simak saksama di bawah ini.

Pertama, membaca menjadikan otak lebih produktif. Membaca pada dasarnya adalah asupan gizi untuk otak. Melalui membaca banyak pengetahuan dan informasi yang diterima oleh otak. Otak akan menerima sekaligus mengolah informasi tersebut menjadi pemahaman yang tersimpan di memori. Kian disiplin membaca maka kian produktif otak melakukan kinerja.

Bukan sekadar kinerja transfer informasi dan pengetahuan dari buku menjadi bentuk pemahaman, namun lebih dari itu. Dalam kurun waktu yang panjang dan terdisiplinkan, proses itu akan meningkatkan daya ingat, lebih peka dalam menemukan ide sampai dengan mengkonfirmasi antar inventarisasi pemahaman yang telah disimpan dalam memori.

Kedua, membaca dapat menumbuhkan rasa empati. Kelumrahan dan konsekuensi logis yang berlaku, aktivitas membaca dipandang sekadar memperkaya diri secara personal. Penambahan wawasan pengetahun mutlak milik sang pelaku yang mejalani lelaku. Tidak berdampak pada lingkungan sekitar. Kutu buku yang introvert, acuh tak acuh terhadap gegap gempita kehidupan sosial.

Berseberangan dengan itu, Gol A Gong meyakini dan membuktikan bahwa faktanya tidak sebatas demikian. Yang kerap kali terjadi tradisi membaca justru menjadi pemantik untuk membangkitkan rasa peduli terhadap lingkungan. Tak jarang pembaca yang baik menjadi tulang punggung atas peradaban. Tak jarang pembaca menjadi inisiator, garda terdepan dan aufklarung di tengah-tengah polemik yang memporakporandakan tatanan kontinuitas kehidupan.

Sikap kritis, perasaan sepenanggungan dan penggunaan pisau analisis yang tepat dalam mengatasi berbagai polemik adalah kerampilan yang mendarahdaging. Keterampilan yang terus dilatih, diasah dan ditumbuhkembangkan dari proses transaksi psikologis antara penulis dan pembaca melalui tulisan. Terlebih, pembaca mampu mengekspresikan polemik yang sedang meradang kedalam sebuah tulisan hingga akhirnya menghimpun solusi dari berbagai sudut pandang.

Ketiga, fokus menghadapi masalah. Kebiasaan bergelut dengan rangkaian-ceruk kata membuat pembaca menjadi lebih cermat dan terstruktur. Cermat dalam memetakan masalah, gagasan dan solusi. Terstruktur dalam proses penguraian orientasi hingga konklusi. Yang demikian terjadi karena saat membaca kita dituntut menjaga fokus.

Pola ini hakikatnya juga mampu diimplementasikan dalam kehidupan sang pembaca. Rutinitas kehidupan kita akan berlangsung lancar manakala fokus. Fokus melakukan kegiatan mulai dari awal hingga akhir sehingga tidak ada hal yang terlewatkan. Termasuk di dalamnya fokus tatkala menghadapi masalah. Menghadapi masalah dengan fokus pada dasarnya kita digiring untuk menemukan strategi jitu menikmati prosesnya. Tidak gupuh dan lengah hingga dari masalah itu justru kita akan mendulang hikmah.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline