Lihat ke Halaman Asli

Roni Ramlan

Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Menyongsong Kopdar RVL Ke-2: Membayar Tuntas Rencana Kopdar yang Kandas

Diperbarui: 31 Januari 2023   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dokumentasi pribadi: undangan kopdar RVL ke-2)

"Tak ada yang lebih hebat daripada sebuah gagasan yang datang tepat pada waktunya", Albert Hugo. 

Salah satu upaya menjaga eksistensi  organisasi--tak terkecuali komunitas literasi--agar tetap bernyawa adalah dengan menghelat kopi darat (kopdar). Kopi darat atau yang familiar kita kenal dengan akronim kopdar memiliki arti pertemuan; perjamuan; cangkrukan dan pengertian lainnya yang menegaskan adanya interaksi sosial internal satu kelompok.

Perhelatan kopdar yang kerapkali dilakukan secara berkala dan intensitas yang terjadwalkan pada umumnya menghimpun semua anggota komunitas dalam suatu tempat. Hal ini dilakukan bukan tanpa tujuan, melainkan dengan maksud hendak mengimplementasikan beberapa tujuan. Adapun tujuan utama dari dihelatnya kopdar ialah menyambung silaturahmi, bertukar informasi, menampilkan capaian hingga membicarakan banyak tentang orientasi komunitas yang menampung mereka di dalamnya. 

Dalam kerangka berpikir saling memberdayakan itulah, hemat saya, yang menjadi alasan mengapa punggawa RVL pada Sabtu (14/01/2023) kedua di bulan pembuka tahun baru Flyer menyongsong Kopdar RVL ke-2 tahun 2023 dipublikasikan Master Emcho di grup WhatsApp RVL. Melalui flyer tersebut seluruh anggota RVL diajak untuk menyambut Kopdar ke-2 dengan menorehkan sejarah: bersepakat dan berkontribusi dalam menulis buku antologi. 

Buku antologi pada dasarnya dirancang untuk melecutkan semangat semua anggota komunitas RVL untuk sesegera mungkin berinisiatif melahirkan buku solo. Buku solo yang disusun dengan berbagai genre dan pendekatan sesuai minat  masing-masing penulisnya. Tidak ada paksaan dalam merancangnya, yang terjadi justru sebaliknya, para penulis itu secara sadar benar-benar merasa "kebelet" untuk menelurkan karya demi karya dari inisiatif dan tangan dinginnya. 

Sikap "kebelet" para penggiat literasi yang bernaung di grup RVL itu berusaha diasah dengan baik dengan cara senantiasa menunaikan kewajiban sebagai anggota grup. Mulai dari mengirimkan link tulisan harian di blog yang bersifat sunnah, mengirimkan hasil resensi atau review suatu buku (Sabusakel) setiap bulan, meningkatkan pengetahuan dan menambah ilmu dengan mengikuti sesi pelatihan, serta lain sebagainya. 

Secara implisit, sejatinya seluruh rangkaian kewajiban yang ditegakkan RVL tersebut tidak lain adalah suatu proses pemberdayaan yang terdisiplinkan. Pemberdayaan yang mendisiplinkan diri tersebut menegaskan bahwa esensi seorang penulis ya harus mau untuk terus berproses. Terus berproses dari waktu ke waktu. Berproses untuk mau terus belajar dan belajar. Hingga akhirnya suatu saat nanti kita tersadar bahwa kemampuan dan keterampilan yang kita miliki tidak lepas dari tumpuan hakikat hidup sebagai pembelajar sejati. 

Maka beruntung orang-orang yang bergabung dengan RVL karena setiap waktu terus dibimbing, diarahkan dan selalu  terkoneksi dengan "WiFi" yang dipancarkan para pakar literasi untuk menjadi long live learner. Penempaan itu mungkin akan melewati proses yang lama, namun saya kira durasi itu akan seimbang dengan manfaat yang akan dituai suatu saat kelak. 

Buya Syafii Maarif berpesan, bahwa aktivitas yang penting dilakukan sepanjang hayat adalah membaca, berpikir, meneliti dan menulis. Hanya dengan kerangka ilmiah yang demikian manusia mampu memberi kemanfaatan jangka panjang. Kendati penuangan gagasan pemikiran itu akan sangat mungkin disalahpahami dan multi tafsir. Akan tetapi, karena hidup di dunia hanya sekali, maka alangkah baiknya yang sekali itu diberi makna yang berarti. 

Makna yang berarti dalam hidup yang sekali itulah saya kira akan menjadi tantangan sekaligus bahan pertimbangan kenapa khalayak orang bergabung dengan grup RVL. Mungkin dalam menorehkan makna yang berarti dalam hidup itu akan sangat tidak mudah, namun bukan pula sesuatu hal yang mustahil untuk diwujudkan jika kita benar-benar menghibahkan hidup atas nama peradaban ilmu. Melalui nasabiah para pakar yang menjadi guru teladan dan wasilah semoga proses itu akan dimudahkan. Amin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline