Lihat ke Halaman Asli

Roni Ramlan

Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Enam Kunci Utama dalam Proses Menulis Menurut Prof. Naim

Diperbarui: 2 September 2022   20:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Prof. Ngainun Naim sedang menjadi narasumber seminar dalam acara Kopdar ke-9 SPK (dokumentasi pribadi)

Prof. Naim tampil sebagai nahkoda materi yang pertama. Beliau menuntun semua peserta seminar menelusuri ceruk peta konsep pemikirannya mengenai masa depan perbukuan di Indonesia. 

Hal itu dimulai dengan menginjak anak tangga pertama, bahwa kelahiran buku sejatinya dibidani oleh seorang penulis. Tanpa kehadiran seorang penulis mustahil suatu buku akan terlahir. 

Penulis sendiri adalah aktor yang melakukan proses menulis: menuangkan gagasan dengan cara merajut fonem menjadi prasa, prasa menjadi clausa, clausa menjadi alinea, susunan alinea menjadi naskah yang dipersepsikan paripurna. Tentu saja, proses menulis tersebut berlambar dan disesuaikan dengan akumulasi kecakapan dan kapabilitas literasi yang dimilikinya.

Menurut Prof. Naim terdapat enam kunci utama dalam proses menulis, yakni mimpi, nekat, temukan alasan, jam terbang, keterampilan (skill) dan kepuasan psikologis. 

Pertama, mimpi. Seseorang yang mencita-citakan diri ingin menjadi seorang penulis ia harus memiliki mimpi. Kendati demikian, bukan berarti pula ia berhenti pada level sekadar mimpi, terjerembab di dalam dunia imajinasi, melainkan harus segera bangun. Bangun dari mimpi itu, lantas sesegera mungkin menggerakkan pena. 

Sebagaimana pesan Kuntowijoyo, syarat untuk menjadi seorang penulis ada tiga, yakni menulis, menulis dan menulis. Sebab terwujudnya mimpi adalah akumulasi dari aksi nyata dan usaha yang terdisiplinkan.

Kedua, nekat. Sikap nekat hukumnya wajib dimiliki oleh seorang penulis. Utamanya bagi penulis pemula dan amatiran seperti saya. Kenapa seorang penulis harus memiliki sikap nekat? Karena nekat adalah modal utama yang dapat memaksa, mendikte dan mengondisikan kemauan serta kemampuan seseorang untuk terus menulis. Terlebih aktivitas menulis tidak dapat dilakukan secara instan dan serampangan, melainkan harus ditempuh dengan proses panjang yang berkelok dan terjal.

Sebagai contoh Prof. Naim menyuplik kisah nyata yang dialami oleh J. K. Rowling sang penulis buku best seller Harry Potter. J. K. Rowling jatuh bangun menekuni dunia menulis. 

Bahkan cikal bakal naskah Harry Potter telah puluhan kali ditolak oleh pihak penerbit. Hingga sempat Rowling membuang naskahnya ke tempat sampah. Akan tetapi secara tidak sengaja naskah itu ditemukan oleh seorang pimpinan penerbit yang berinisiatif mencetak dan mempublikasikannya. Tiba-tiba bom waktu menghendaki buku itu laku keras di pasaran. Buku itu dicetak berkali-kali. Bahkan diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di berbagai benua.

Siapa sangka Rowling yang sudah putus asa dengan perjuangannya dan telah menghabiskan waktu bertahun-tahun menulis tanpa menghasilkan apa-apa, dibuat terkejut di ujung tanduk keputusasaannya. Jerih payahnya menjadikan ia dikenal sebagai sosok penulis tangguh dan inspiratif. Namanya melambung dalam dunia fiksi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline