Lihat ke Halaman Asli

Roni Ramlan

Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Perihal Nama SPL

Diperbarui: 25 November 2021   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Dokumentasi Pribadi

[Tulisan ini adalah terusan dari pembahasan sebelumnya yang berjudul Menguak Kelahiran SPL].

Nama Sahabat Pena Lentera (SPL) sendiri terinspirasi dari nama grup menulis Sahabat Pena Nusantara (selanjutnya disingkat SPN) yang pernah membuat saya merasa ngidam untuk menjadi bagian kecil darinya. Rasa ngidam itu sudah barang tentu tidak muncul tiba-tiba, melainkan ada tiga alasan kenapa rasa ngidam itu berhasil bersemayam dalam diri saya.

Pertama, rasa ketertarikan timbul tatkala saya kerap mendapati broadcast tulisan yang mengatasnamakan Sahabat Pena Nusantara di berbagai kanal media sosial, utamanya WhatsApp. Kesan pertama itu cukup mengena, sebab grup tersebut begitu santer menampilkan riak suara melalui tulisan di saat khalayak ramai gandrung dengan sikap narsisnya.

Karena rasa ketertarikan itu pula, pernah satu ketika saya berusaha melacak seluk-beluk tentang grup itu kepada salah seorang teman yang saya anggap tatkala itu getol mengikuti kegiatan literasi. Bahkan, kabar terakhir yang saya dengar, ia tergabung sebagai salah seorang anggota grup yang dibentuk sekaligus diasuh oleh ketua Sahabat Pena Nusantara  secara langsung.

Alhasil, cerita yang ia sampaikan dan keterlibatannya di salah satu grup menulis yang dimomong langsung oleh ketua SPN itu membuat rasa penasaran saya semakin membuncah. Hingga akhirnya, flayer pemberitahuan tentang akan dihelatnya Kopdar ke-4 SPN sampai ke tangan saya. Momentum itu adalah kesempatan emas saya untuk mengulik secara mendalam tentang bagaimana orientasi grup SPN.

Kedua, benar saja, keinginan untuk menjadi bagian dari grup itu semakin besar setelah saya mengikuti Kopdar ke-4 SPN yang dihelat di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Terlebih, kesan-pesan hubungan kekeluargaan yang dihadirkan sepanjang acara begitu terasa.

Selain itu, di sana saya juga bertemu dengan banyak tokoh besar yang benar-benar gila akan literasi. Kegilaan akan literasi itu dibuktikan dengan di-launching-nya beberapa karya terbaru anggota SPN, baik itu karya solo maupun karya bersama (antologi). Mengetahui hal itu, untuk beberapa saat, saya dibuat terkesima melihatnya. Dalam hati kecil terbersit, ingin rasanya kelak saya merasakan nikmatnya merayakan kelahiran buah pena saya. Menikmati kelahiran buku solo itu seperti apa.

Rasa kekaguman saya terhadap hal itu lantas disempurnakan dengan momen "wow" tatkala mendengar paparan materi yang disampaikan oleh beberapa tokoh beken. Tak ketinggalan, di jeda acara, saya juga sempat berswafoto dengan Alm. Hernowo Hasim. Yang belakangan saya tahu, beliau juga memiliki nasab yang sama dengan saya, berasal dari tanah Pajajaran.

Dengan demikian, maka alasan ketiga saya kepincut untuk bergabung dengan SPN adalah ditemukannya satu fakta menarik, bahwa grup itu menghimpun orang-orang kawakan dan fanatik dalam menggeluti dunia literasi. Aura itu sangat kental terasa tatkala khalayak partisipan begitu menikmati sodoran materi yang disuguhkan dalam Kopdar ke-4 SPN. Suasana itu membuat saya merasa nyaman, seakan-akan saya menemukan rumah yang pas untuk berlindung: mengasah potensi, terus menghidupkan motivasi dan mengembangkan buah pemikiran hingga menjadi suatu karya.

Perhelatan acara Kopdar itu pada kenyataannya memberikan beberapa dampak positif terhadap diri saya, di antaranya: Berhasil memompa geliat literasi yang ada dalam diri, menaruh keyakinan bahwa menulis itu mudah, memotivasi diri untuk disiplin dalam menulis dan mendorong saya untuk sesegera mungkin mencanangkan kelahiran buku solo dan karya lainnya.

Dampak positif itu kian membulatkan tekad yang terpatri di dalam hati sekaligus menumpahkan rasa bahagia yang meliputi diri saya manakala di penghujung acara saya mendapatkan tiga buku sebagai cendera mata. Ketiga buku antologi itu berjudul: Yang Berkesan Dari Kopdar Sahabat Pena Nusantara di PP Darul Istiqomah Bondowoso (Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2017), Merawat Nusantara Menumbuhkan Kembali Spirit Kesatuan dalam Kebhinekaan (Malang: Genius Media, 2017) dan Resolusi Menulis Menyusun Rencana Mewujudkan Karya (Tulungagung: Akademia Pustaka, 2017).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline