Lihat ke Halaman Asli

Roni Ramlan

Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Godelan Sarung Kiayi

Diperbarui: 6 September 2021   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: Dokumentasi Pribadi

Kebiasaanku bersarung dan menutup mahkota lelaki dengan peci

Seperlima abad aku mendekap di penjara suci

Kedua tanganku lumpuh begitu jua dengan kaki
Mataku rabun, telingaku telah lama tuli
Terlebih hatiku sudah lama tertambat sosok sepuh kekasih Gusti

Bertahun-tahun jiwa-ragaku terpatri teruntuk taat dan mengabdi
Menyandarkan pengharapan hidup pada sarung sang kiyai
Banyak waktu yang kuhabiskan dengan; menata sandal, menciumi tangan, berebut barokah dan mengaji
Dan nyatanya kebodohanku selalu menganga tanpa henti

Dahagaku tak berujung pangkal tanpa terkecuali
Sementara toak-toak usang itu tak bosan-bosannya menjadi saksi
Di pelataran masjid komplek asrama itu parau suara pak Kiayi menyumplai petuah-petuah lentera hati

Jiwaku tenang seonggok makna kata telah kucari
Kitab baruku sudah tak perawan lagi
Banyak coretan di sana-sini
Sedang masalah mafhum, izinkan saya memilih gondelan sarung Kiyai.

Malang, 6 September 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline