Lihat ke Halaman Asli

Roni Ramlan

Pembelajar bahasa kehidupan

Challenge Kedua dalam Coaching Kandidat Abang-Neng Jaga KMO33

Diperbarui: 3 Mei 2021   08:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Hampir tidak ada manusia yang apa adanya, karena pada kenyataannya manusia itu terus bergerak dan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Maka selama manusia hidup selalu dalam kondisi ada apanya", Dewar Alhafiz.

Selepas menunaikan salat Tarawih di masjid yang letaknya tidak jauh dari kosan, saya langsung membuka gawai. Untuk beberapa saat saya buka setiap notifikasi seluruh akun media sosial yang masuk. Hingga sampailah saya pada ingatan bahwa malam ini ada jadwal mentoring di grup WhatsApp Coaching Abang-Neng Jaga KMO33.

Lebih tepatnya, acara mentoring itu berlangsung pada pukul 21.00-22.00 WIB. Durasi satu jam kami habiskan untuk berdiskusi via chatting WhatsApp, dan anehnya waktu itu terasa sangatlah singkat.

Terlebih lagi sebagian penghuni grup masih saja melestarikan jam karet. Harusnya, sesi mentoring dimulai pukul sembilan tepat, eh ternyata mulainya malah pukul sembilan lebih seperempat. 

Tentu setiap orang memiliki kesibukan masing-masing, akan tetapi dalam beberapa hal kita harus memiliki kepandaian, kepekaan dan kedisiplinan. Harus memiliki kesadaran dalam memanfaatkan setiap peluang dan kesempatan yang telah disodorkan ke hadapan.

Karena kemoloran itu pula, di antara kami sempat ada beberapa respon chatting yang bernada apologetis terhadap keadaan. Terdapat beberapa orang yang merasa tidak enak dan sungkan terhadap Coach yang bertugas menjadi pembimbing. 

Jika boleh saya melakukan penghakiman, kemoloran itu memang seakan-akan hal lumrah yang diumbar di mana-mana, dalam acara apapun. Siapapun orangnya yang menjadikan kemoloran sebagai kebiasaan, maka telah putus urat nadinya. 

Meskipun pesertanya belum lengkap, tak lama kemudian, Coach memutuskan untuk memulai diskusi terkait dengan pengembangan imajinasi. Tantangannya, yakni Coach memberikan satu pertanyaan "pengandaian", selanjutnya setiap peserta wajib memberikan jawaban sesuai dengan cara pandang, pola pikir dan seperti apa masing-masing mengimajinasikan.

Pertanyaan pengandaian tersebut sangat sederhana. "Seandainya kalian adalah Menteri Pendidikan, apa saja yang akan kalian lakukan untuk pendidikan Indonesia?", tandasnya Coach demikian.

Satu persatu di antara kami pun mulai meluapkan jawaban yang terngiang-ngiang di dalam kepala. Hal itu nampak terwakili oleh segerombolan chat yang mulai menumpuk dan berhamburan. Sampai-sampai saya hampir dibuat kewalahan mengikuti respon dari sekian banyak cara pandang dan pemikiran yang berbeda haluan.

Karena takut chatnya bertabrakan, akhirnya saya memutuskan untuk menuangkan ide di aplikasi note terlebih dahulu. Setelah selesai, barulah saya proof ke chatting grup. Gitu saja kok repot. He he he. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline