Seperti hembus angin yang menerka dadaku
Menyusup dalam melewati kekang kancing bajuku
Menyisip pori-pori kecil kaos dalam putih ketatku
Menembus celah tulang dada merasuk jauh ke dalam sukmaku
Ya, ia datang tanpa memperkenalkan wajahnya pada dua bola mataku
Bahkan kerling mataku tak sempat menangkap bayangan sisi gelapnya
Begitu jua dengan jejak-jejak kakinya
Parau suara
Desah nafasnya
Hingga decak di antara kedua bibir dan lidahnya tak ada bekas yang ditanggalkan di daun telinga
Untuk sesaat aku termenung