Aku yang telanjur menopang dagu di muara kasih-Mu
Bertolak pinggang dalam gempita dendang purnama cinta-Mu
Aku yang menjadi Aku lantaran keberpihakan-Mu
Atas takdirku
Dengan segala persembahan keberuntunganku
Lantas aku membopong prasangka dan rasa keliru
Membusung dada menolak malu
Membesar kepala karena asumsi pujaan semu
Menjinjit di altar kelancangan bodohku
Melangit di turban penyesalanku
Kini Aku tenggelam dalam kehinaanku