Lihat ke Halaman Asli

Roni Ramlan

Pembelajar bahasa kehidupan

Sepanjang Jalan Sesumbar Jacob

Diperbarui: 2 Oktober 2020   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Terhitung, hampir dua bulan berturut-turut saya mengunjungi satu daerah pelosok yang sama di Trenggalek. Tepatnya, pada bulan Juni dan bulan Agustus lalu.

Sebelumnya harus ditegaskan, bahwa dua bulan berturut-turut di sini bukan berarti kunjungan dalam kurun waktu satu bulan penuh melainkan hanya satu-dua hari kunjungan saja. Sementara daerah pelosok yang dimaksud adalah desa Jombok kecamatan Pule kabupaten Trenggalek.

Pada kesempatan ini, izinkan saya berbagi cerita terkait kunjungan saya ke desa Jombok pada minggu keempat bulan Juni. Rabu, 24 Juni 2020. Sementara pemberangkatan perjalanan tersebut kurang lebih dimulai dari pukul delapan kurang seperempat.

Masih terbersit betul dalam ingatan, tatkala  itu saya diajak untuk mendampingi wawancara penelitian oleh salah seorang teman bernama Jacob (nama samaran). Alhasil, yang bertandang ke sana berjumlah tiga orang; Jacob, saya, dan mas Adi selaku sopir.

Di pagi yang sangat cerah itu kami bertiga menyusuri dan melahap panorama indah sepanjang jalan Tulungagung-Trenggalek dengan mengendarai mobil Toyota Avanza warna hitam.

"Mas Adi, nanti kita sarapan dulu ya? Mumpung ini masih waktu yang tepat untuk sarapan. Di mana saja gitu. Cari tempat makan di pinggir jalan saja tapi yang menu masakannya Joss gandos", tukas Jacob pada sang sopir.

"Sebentar ya, seingat saya di dekat sini ada satu-dua warung makan yang enak deh. Tapi efek lama gak lewat jalan ini, jadinya saya kok lupa-lupa ingat gini ya", timpal mas Adi sembari sibuk mengernyitkan dahi, menggali-gali ingatannya.  

Saya yang duduk di samping mas Adi sempat membuang wajah sembari menatap penuh curiga ke arahnya. Selepas itu, saya bergumul dengan angan dan renungan singkat laiknya kilat.

"Mungkin di antara kami bertiga yang paling sibuk di mobil ini hanya mas Adi. Coba saja anda bayangkan. Sepanjang mewujudkan tujuan, mas Adi benar-benar sibuk berkencan dengan setir, tuas gigi, gas, kopling dan rem. Belum lagi ditambah harus meladeni dua orang penumpangnya yang bawel ini", sergah saya dalam pikiran.

"Jadi sopir itu hebat ya? Dalam satu waktu mampu menggerakkan beberapa anggota tubuhnya secara reflek dan itu dikerjakan sejauh mana tujuan yang hendak ditempuh. Belum lagi ia harus melawan kantuk, rasa jenuh dan bosan yang melulu menggelayuti tubuh. Syukurlah, mas Adi tidak sampai meleng, meski sesekali celingukan, tetapi ia seratus persen mampu fokus", lanjut saya dalam angan.

Di penghujung lamunan itu saya terkaget-kaget. Jacob tiba-tiba sibuk menumpahkan pertanyaan ke muka saya. Hampir saja, saya mendapati titisan Socrates  dengan gaya dialektikanya yang khas di abad disrupsi ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline