Tersebutlah tentang kotak kardus yang diklaim sebagai kedap air ditutup rapi kemudian digembok. Kotak kardus tersebut konon berisikan dokumen penting. Ketika kotak tersebut hendak dibuka ternyata konci gemboknya tidak tersedia, seseorang lupa menyimpannya.
Maka gegerlah khalayak ketika itu. Setelah melalui perundingan yang berjalan mulus akhirnya diputuskan bagaimanapun caranya gemboknya yang harus dibuka.
Akhirnya bahkan dunia tahu gergaji besi yang berbicara, tuas gembok atau penguncinya digergaji dengan seksama maka terbukalah kotak kardus tersebut.
Demikianlah dari peristiwa fenomenal tersebutlah saya dibuat terkesan dengan perkakas yang disebut gergaji.
Tentang gergaji. Ada tiga jenis gergaji yang saya miliki, satu gergaji mesin atau yang disebut jigsaw, satu gergaji tangan dan satunya lagi yang disebut gergaji besi.
Dengan bantuan gergaji tersebut setidaknya saya sudah menghasilan dua daun pintu, dua rak buku dan terakhir saya membuat rak untuk gudang. Material di gudang sudah sangat centang-perenang; terkadang ketika membutuhkan sesuatu saya sulit menemukannya. Makanya saya berniat merapikannya dengan membuatkan rak.
Gergaji besi saya biarkan menganggur dan saya lebih memungsikan gegaji tangan sedang gergaji mesin hanya saya fungsikan sedikit saja untuk keperluan mebelah yang hasilnya saya harapkan lebih presisi dan nyatanya tidak juga, rupanya saya belum begitu akrab sehingga kesulitan mengoperasikannya.
Saya lebih memilih kayu lapis alias triplek untuk membuat rak di gudang lantaran setelah ditimbang-timbang dari segi biaya menggunakan triplek lebih murah ketimbang membuatnya dari bahan besi atau holo. Kendati dari segi kekuatan dari bahan besi tentu saja lebih menjanjikan, mana lagi bahan triplek rentan diserang rayap. Tapi saya tetap pilih triplek pertimbangannya dari biaya itu tadi, urusan rayap saya bisa kasih anti rayap dibagian bawahnya.
Tentu saja ketika mengerjakannya proyek saya tersebut saya tidak cuma mengandalkan gergaji tok; selain gergaji saya juga dibantu beberapa perkakas seperti palu dan beberapa lainnya.
Kenapa saya mengerjakannya sendiri? Saya bisa saja panggil tukang atau beli rak yang sudah jadi biasanya tinggal merakit saja, tapi itu saya abaikan. Saya lebih memilih mengerjakannya sendiri kendati terkadang napas sudah tersengal tapi saya amat menikmati proses pengerjaannya. Suara ketukan palu, suara gesekan amplas dan terlebih suara gesekan gergaji terdengar indah dan mengasyikan.
Dikondisi boleh dibilang menganggur setelah tidak aktif lagi menyangkul ditambah saat ini, saat pandemi Covid-19 masih mengancam, proyek menggergaji, ketok-ketok palu, mengamplas sampai main-main lem kayu, sungguh sangat mengasyikan.