Di lingkungan saya banyak sekali orang yang pelihara burung, mulai dari yang masih aktif bekerja, anak kuliahan sampai pensiunan seperti pak Sukamto yang pensiunan Lurah itu. Banyak Janis atau macam burung mereka pelihara. Kalau pagi hari terutama pada hari libur jadi seperti festival, mereka memandikan dan menjemur burung peliharaanya itu secara bersamaan.
Di Indonesia sudah umum kita temui orang pelihara hewan piaraan, dari mulai burung, ikan hias dan banyak lagi dengan berbagai alasan. Ada yang memang hobi, ada yang suka sekedar ikut ngetren saja sampai yang punya tujuan bisnis.
Dengan banyaknya penyuka dan pehobi dengan hewan peliharaan ini memang bisa menjadi ladang bisnis buat mereka yang kreatif dan punya kemauan. Kebutuhan pakannya yang tidak sedikit, menjadi peluang buat penjual pakan. Bahkan ada yang menjadi semacam penangkar dengan membiakkan burung peliharaan tersebut.
Penyuka atau pehobi hewan peliharaan ini umumnya adalah kaum lelaki, kita dapati artis, pejabat banyak juga yang suka dengan fenomena hewan peliharaan ini. Konon menurut pehobi, semisal burung berkicau, kicauannya tersebut bisa mendatangkan kenikmatan tersendiri, bisa menjadi obat dari rasa lelah, penat dan stress seharian bekerja. Demikian pula dengan ikan hias, liukan ikan dan segala manuver dari ikan peliharaannya tersebut bisa mendatangkan hal yang sama.
Selain dari kaum lelaki sebagai pehobi dan penyuka hewan peliharaan, hari ini baru saya tahu ternyata yang suka pelihara hewan hias ini tidak cuma didominasi kaum lelaki saja. Ternyata ada juga dari kaum hawa yang suka dengan hewan peliharaan tersebut.
Mulanya anak gadis itu kebingungan ketika akan traveling bersama teman-temannya termasuk Reyhan. Kebingungannya ditimbulkan oleh burung peliharaannya. Bagaimana kiranya untuk perawatan burung tersebut dengan meninggalkannya sekian hari.
Selama ini dia sendiri yang melakukan perawatan terhadap burung tersebut. Mulai memberinya pakan sampai bersih-bersih kendang. Waktu saya tanya alasannya pelihara burung, jawabnya "senang" saja. Anak gadis ini kuliah tinggal jauh dari orang tuanya di kostan sendiri. Mungkin dengan pelihara burung bisa menjadi obat rindu terhadap orang tuanya.
Akhirnya mungkin memang sudah suratan sayalah yang ketiban pulung. Burung peliharaannya tersebut dititipkan kepada saya lengkap dengan sangkar dan pakannya berupa jangkrik ditambah aturan kapan saatnya memberi makan dan minumnya. Untung saja saya tidak dipesan untuk memandikannya seperti yang dilakukan para tetangga pehobby pelihara burung tersebut.
Terus terang ngopeni hewan peliharaan, seperti merawat burung ini adalah hal baru buat saya. Dulu sekali saya pernah coba pelihara ayam, tapi tidak bertahan lama lantaran aromanya yang kurang mengenakkan. Jadi selama ini apa pun orang bilang tentang manfaat dan asyiknya dari memelihara burung, saya tidak pernah menggubrisnya. Saya tidak suka. Pula hewan-hewan itu juga kan punya hak untuk hidup bebas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H