Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Saukani

TERVERIFIKASI

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Sempat Terjebak Atmosfir Perayaan Tahun Baru

Diperbarui: 4 Januari 2019   00:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

buka tutup menuju nagreg/dok pribadi

Kedatangan tahun baru itu semestinya tidak perlu disambut dengan perayaan apalagi dengan pesta-pesta yang cuma buang-buang waktu dan biaya saja. Sebab dirayakan atau tidak tahun baru akan datang dengan sendirinya. Pergantian tahun akan terjadi dengan sendirinya.

Ketika kemarin saya beserta keluarga besar berpergian ke luar kota itu sama sekali bukan untuk menyambut hari pergantian tahun, ada memang hubungannya dengan tahun baru tapi sama sekali bukan untuk merayakannya. 

Kepergian kami adalah dalam rangka acara spesial seorang kemenakan. Yang kebetulan tempat acara dihelat cukup jauh di luar kota, di daerah perbatasan Sumedang dan Kabupaten Bandung. Tentu saja kesempatan tersebut juga kami manfaatkan untuk sekedar jalan-jalan ke daerah wisata  sekitar Garut lantaran itu yang paling dekat dengan lokasi acara sang kemenakan.

Kenapa juga kok acaranya pas diakhir tahun layaknya seperti perayaan menyambut tahun baru. Itu lantaran siempunya hajat kesulitan menentukan waktu yang pas, kacuali di hari libur akhir tahun tersebut.

suasana sejuk kota garut/dok pri

Sempat semalaman menginap di penginapan daerah Jalan Raya Cipanas, Garut. Cukup mengasyikan memang menikmati suasana alam pegunungan dan bisa sejenak lepas dari keseharian hiruk-pikuk Jakarta.

Karena memang bukan berniat berhura-hura tahunbaruan, Minggu pagi (30/12/2018) kami sudah meninggalkan penginapan; meninggalkan sejuknya udara Garut dengan tujuan daerah sekitar Cipacing, Sumedang tempat acara kemenakan dihelat.

Kalau dihitung langkah, mungkin baru beberapa langkah saja meninggalkan penginapan, kami sudah dihadang kemacetan. Itulah bagian dari suasana pergantian tahun yang menjebak kami. Baru ngeh rupanya warga dari luar kota Garut terus berdatangan. Terutama saya lihat kebanyakan mobil berplat nomor B alias plat nomor Jakarta.

emak emak milenial/dok pri

Lepas dari titik kemacetan pertama kami terus malaju menyusuri ke arah Jalan Lingkar Nagreg. Masih jauh lagi dari tanjakan nagrek yang legendaris tersebut kembali kami dihadang macet. Kali ini lumayan parah lantaran Jalan Raya Nagreg sudah diberlakukan buka-tutup.

Kami yang dari posisi meninggalkan Garut ketika itu harus bersabar berbagi dengan kendaraan yang terus berdatangan ke arah Kota Garut. Tapi syukurlah tidak terlalu lama Cuma sekitar dua puluh menit kendaraan kami sudah bisa bergerak.

Berikutnya karena jalan berlaku searah, kendati jalan berkelok dan menurun boleh dibilang perjalanan kami relatif lancar. Perjalanan juga cukup menyenangkan karena kami disuguhi pemandangan yang indah dan menyejukan mata, sampai kami tiba di Terowongan Lingkar Nagreg.

reyhan di mulut terowongan nagreg/dok pri

Terowongan Lingkar Nagreg ini cukup fenomenal sudah cukup dikenal oleh kawula muda alias milenial pelaku traveling dan touring. Buat mereka ada semacam kewajiban untuk singgah di terowongan Lingkar Nagreg ini, untuk melakukan ritual foto-foto dan ber-selfie ria.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline