Terbit liurku melihat kolak.
Di jual orang di tepi jalan.
Untung teringat nasehat emak.
Di situ aku dilarang makan.
Terus ku pergi menoleh tidak. Tinggallah tempat semacam itu.
Ubi kubeli serta cempedak. Kubawa pulang untuk emakku.
Kolak sekarang dimasak emak.
Kami menanti tidaklah lama.
Harganya murah rasanya enak.
Kudapan bersih makan bersama.
Itu adalah beberapa baris kata yang saling bersampiran yang amat melekat di hati anak-anak SD zaman old. Barisan sampir kata yang disebut sebagai pantun tersebut terdapat dalam buku "BAHASAKU" , buku panduan pelajaran bahasa Indonesia era 1960-1970-an.
Sebagai bagian dari generasi zaman old kata-kata dalam pantun tersebut rasanya memang masih amat melekat di hati. Pesan moral antara lain dari pantun tersebut adalah begitu istimewanya tokoh Emak. Emak begitu berwibawa amat didengar kata-kata dan nasehatnya.
Pengalaman pribadi saya bersama sembilan bersaudara bahkan ketika beberapa dari kami sudah merasa sukses dari segi karir dan ekonomi, yang menurut Emak cuma sukses keduniaan. Emak melihat beberapa dari kami sudah melakukan kekeliruan, sementara kami merasa tidak sedikitpun melakukan kesalahan. Ketika Emak marah dan menegur kami, tidak satu katapun bantahan keluar dari mulut kami.
Buat yang tidak menyukai sinetron sekalipun rasanya tahu dengan sinetron Si Doel Anak Sekolahan yang popular di era 1990-an, yang belakangan kerap diputar ulang.
Mak Nyak, tokoh Ibu yang diperankan oleh Aminah Chendrakasih (semoga beliau diberi kesehatan) sebagai Ibunya si Doel adalah seorang Ibu yang digambarkan begitu dihormati oleh kalangan keluarga, tetangga dan teman-teman si Doel.