Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Saukani

TERVERIFIKASI

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

"Piring Terbang", Resepsi Pernikahan Unik ala Wong Solo

Diperbarui: 13 Mei 2018   14:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pramusaji ala piring terbang/dok mang kani

Buat saya yang datang dari Jakarta menemukan konsep resepsi pernikahan ala "piring terbang" ini sama sekali hal baru yang cukup unik belum pernah saya temukan sebelumnya. Konsep resepsi pernikahan yang disebut "piring terbang" ini saya alami ketika menghadiri acara ngunduh mantu seorang teman yang dihelat di satu gedung yang cukup besar di Klaten minggu kemarin.

Info tentang apa dan bagaimana acara yang disebut "piring terbang" ini sebenarnya sudah saya dapat dari seorang teman juga dari Klaten yang sama mengunjungi acara resepsi tersebut. Cuma detailnya baru saya dapati ketika saya duduk di tengah-tengah para undangan lainnya.

Sepertinya acara resepsi model "piring terbang" bukan cuma dikenal seputar Solo, Klaten dan Jogya saja, tapi sepertinya sudah merata di Jawa Tengah, umumnya di desa-desa. Sebab teman yang tinggal di Semarang ketika saya tanya tentang resepsi ala "piring terbang" ini dia bercerita panjang lebar tentang resepsi seperti ini di kampungnya.

tiga emak siap menikmati hidangan/dari FB-nya mama Iqbal

Ketika menghadiri resepsi dengan konsep prasmanan saya kerap melihat banyak tetamu yang menyia-nyiakan makanan, ambil sebanyak-banyaknya hidangan kemudian disia-siakan begitu saja lantaran mungkin tidak cocok dengan lidahnya. Akibatnya ada tetamu yang datang agak terlambat hanya kebagian sisa saja atau bahkan ada yang tidak kebagian sama sekali, padahal yang empunya hajat sudah menyiapkan hidangan yang cukup berlebih.

Nah dengan konsep "piring terbang" ini saya melihat potensi makanan terbuang banyak berkurang dan dijamin semua tetamu kebagian hidangan, masalah cocok tidaknya makanan dengan lidahnya itu hal lain karena memang tidak ada pilihan.

Istimewanya, dengan konsep ini para tetamu tidak perlu repot antre layaknya pesta ala prasmanan. Para tetamu cukup duduk manis di kursinya masing-masing yang sudah disediakan.  Kursi ditata menghadap panggung dimana kedua mempelai dan orangtuanya duduk berjejer. 

buku menu-nya/dok mang kani

Setelah acara seremonial yang dilanjut dengan acara salam-salaman kasih selamat dengan yang empunya hajat dan kedua mempelai para tetamu kembali ke tempat duduknya masing-masing, setelah itu para pramusaji mulai beraksi.

Pramusaji yang cukup banyak dengan seragamnya yang khas mulai menghampiri satu persatu tetamu dengan hidangan yang dimulai dari snack disusul hidangan pembuka berupa sup kemudian disusul hidangan inti berupa nasi dan lauk-pauk, susul menyusul dan ditutup dengan es campur segar.

Para pramusaji yang biasa disebut Sinoman, dari cerita teman saya yang di Semarang itu biasanya datang dari keluarga mempelai serta teman dan karabatnya, kalau di gedung akan disupervisi oleh orang jasa katering.

aksi pramusaji/dok mang kani

Kalau di gedung seperti yang saya hadiri menu hidangan yang disajikan ada tertera di semacam buku menu yang ada ditaruh di meja di hadapan tetamu ada juga tersedia di situ beberapa gelas teh manis dan air putih kemasan.

Para tetamu cukup duduk manis, sambil ngobrol-ngobrol dengan tetamu lainnya sementara hidangan dengan diantar oleh para Sinoman yang datang menghampiri. Mungkin itu sebabnya resepsi model ini disebut "piring terbang".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline