Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Saukani

TERVERIFIKASI

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Memuliakan Ubi

Diperbarui: 23 Desember 2017   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

seonggok ubi/a.saukani

Memuliakan Ubi itu sederhana saja. Sesederhana apakah memuliakan Ubi itu? Sebentar akan saya ceritakan.

Sebagian dari kita bani manusia punya kebiasaan buruk suka menghina dan melecehkan makanan yang tidak disukainya. Sekelas durian saja yang menurut saya tergolong buahan mewah lantaran harga dan tentu saja rasanya yang istimewa dan sangat enak ada yang bilang, maaf bau tokai. Maunya saya kalaulah tidak suka ya sudah diam saja, jangan mengomentari yang tidak-tidak., kurang elok itu.

Ubi. Ini nasibnya lebih menyedihkan lagi. Makan ubi ada yang bilang cuma bikin banyak kentut saja. Padahal ubi bisa dibikin bermacam camilan yang enak dan lezat, mulai dari kripik ubi yang renyah sampai kue bolu ubi yang legit.

Bahkan mengkonsumsi  ubi menurut ahli kesehatan itu sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh dan dapat meningkatkan sistim kekebalan tubuh.

Kemarin 22 Desember ramai orang merayakan yang mereka sebut Hari Ibu. Saatnya memanjakan Ibu, saatnya memuliakan Ibu mereka bilang. Buat saya tidak ada yang namanya hari Ibu. Memanjakan Ibu, memuliakan Ibu buat saya itu sepanjang waktu, sepanjang hari, sepanjang tahun, jadi tidak perlu menunggu 22 Desember.

Saya tak hendak berbincang tentang Hari Ibu. Yang ada saya hendak mengajak untuk memuliakan makanan diantaranya ya memuliakan Ubi itu.

Ubi, bahan penganan yang sempat termarjinalkan, bagaimana saya memuliakannya?  Tidak perlu repot-repot dengan mengirisnya tipis-tipis kemudian menggorengnya menjadi kripik atau membuat bolu ubi yang lumayan ribet.

Sederhana saja.

Ubi setelah dikupas, dibersihkan kemudian dipotong dadu sebesar ujung ibu jari kemudian direbus boleh dicampur dengan sedikit tapai dikasih seruas kayu manis dikasih gula merah, kasih santan. Ubi sudah menjadi penganan yang enak. Ya begitu itulah cara saya muliakan ubi dengan membuatnya menjadi kolak ubi.

Tidak ada yang istimewa atau pesan apapun dari cerita ngawur ini kecuali sedikit saja. Jangan suka menghina dan melecehkan makanan yang boleh jadi memang tidak berkelas. Apalagi melecehkan sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline