[caption id="attachment_218614" align="aligncenter" width="640" caption="kapan yah anak-anak mekkah bisa sekolah lagi / ahmad saukani"][/caption]
-ahmad saukani- Sudah hampir setengah tahun ajaran sekitar 700 anak-anak Indonesia yang kebanyakan orang tuanya berprofesi sebagai TKI di Mekkah kehilangan salah satu haknya. Satu diatantara haknya anak-anak adalah mendapatkan pendidikan. Itulah yang tidak dipunyai sebagian besar anak-anak TKI Mekkah saat ini. Mereka tidak bisa bersekolah.
Sejak berdirinya Sekolah Indonesia Mekkah (SIM) atas prakarsa sebuah Yayasan sekitar 12 tahun yang lalu SIM sepertinya tidak pernah mandiri. Setiap kali murid kelas 6 SD dan kelas 9 SMP menghadapi Ujian Nasional, mereka harus ujian di Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ). Hal ini sangat merepotkan. Selama ujian mereka harus menginap di Jeddah, hal ini sangat tidak menguntungkan buat anak-anak karena mengurangi konsentrasi belajar mereka.
Beruntung para guru mereka punya dedikasi yang tinggi terhadap prestasi anak didik mereka. Beberapa diantaranya turut menginap di Jeddah sambil terus membibing hingga ujian selesai, sehingga para murid bisa tenang dan sukses melewati ujian nasional.
Akan tetapi dengan diharuskannya para murid kelas 6 dan 9 SMP mengikuti ujian nasional di Jeddah menjadikan beban tambahan buat para wali murid. Yaitu para wali murid harus menanggung pengeluaran ekstra untuk penginapan dan makan.
Dua tahun kemarin sempat ada hembusan angin segar, tahun depan (maksudnya tahun kemarin-pen) SIM akan menyelenggarakan ujian nasional sendiri. Namun apa mau dikata, alih-alih melaksanakan ujian sendiri kini bahkan proses belajar-mengajar Mandeg.
Sejak Yayasan berencana memindahkan lokasi belajar-mengajar dan bahkan sudah menyewa gedung baru yang direncanakan sudah bisa beoperasi mulai tahun ajaran ini (2012) ternyata sampai menjelang Ujian Tengah Semester (UTS) gerbang sekolah masih tertutup rapat dan proses belajar-mengajar tidak bisa berjalan alias mandeg. Padahal hampir semua calon murid baru sudah membayar uang pendaftaran. Sementara para murid yang naik kelas dari TK, SD, SMP dan SMA hampir semua sudah mendaftar ulang tentu saja dengan biaya pendaftarannya lengkap dengan uang gedung.
Kondisi mandegnya proses belajar-mengajar di SIM khabarnya karena pihak Yayasan belum mendapat pembaharuan izin beroperasinya sekolah dari Departemen Pendidikan Saudi. Apa yang menjadi hambatan tidak jelas betul dan kami para wali murid berulangkali hanya dihimbau untuk bersabar.
Kondisi yang sudah berlarut ini tentu saja membuat resah para wali murid. Kini konon sudah sekitar 100 orang murid SIM dari SD, SMP, SMA yang pindah ke Sekolah Indonesia Jeddah. Dan sejumlah orang tua atau wali murid SIM terus berusaha memindahkan anak-anak mereka ke Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ).
Perpindahan besar-besaran murid SIM ke SIJ ini tentu akan menimbulkan masalah baru. Tentu saja SIJ tidak akan bisa menampung semua eks murid SIM karena daya tampung dan guru yang juga terbatas.
Kondisi yang sudah berlarut ini saya sebagai salah seorang wali murid sangat berharap agar pemerintah dalam hal ini Konjen dan KBRI segera turun tangan untuk membantu pihak Yayasan agar segera mendapatkan kembali izin operasi SIJ.