Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Saukani

TERVERIFIKASI

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Tukang Cukur di Mekkah

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika berniat Wudhu menjelang sholat Ashar tadi saya sempat tertegun di depan kaca Westafel. Wajahku tampak lebih muda dan lebih keren..heheh…walau janggut sudah mulai memutih dan dibawah mata mulai berkantung. Rupanya potongan rambut saya yang baru, membuat penampilan wajah jadi tampak lebih muda beberapa tahun.

*****

Siang tadi saya saksikan seorang lelaki yang gagah di usia yang tampak matang sekitar empat puluahan dengan penampilan yang begitu rapih tampak berwibawa. Baru beberapa menit sebelumnya begitu pasrah, kepalanya dimiringkan kekiri dimiringkan kekanan, ditundukan, ditengadahkan, bahkan saya saksikan harus mengeluarkan koceknya atas kepasrahannya tersebut.

Setelah lelaki tadi giliran saya yang harus tunduk dan pasrah. Saya tidak peduli bahkan saya sudah siap untuk mengucurkan kocek seperti lelaki gagah tadi. Setidaknya sebulan setengah paling lambat dua bulan sekali saya harus mendatangi tukang cukur langganan ketika rambut sudah mulai panjang dan sulit diatur ditambah gatal-gatal terlebih ketika sedang berkeringat.

Tukang cukur adalah “ Sang Penakluk”. Ketika sudah duduk dihadapanya siapapun bahkan Menteri, Presiden sekalipun harus tunduk dengan kemauan si tukang cukur kalau tidak mau rambutnya dibikin grepes.

Tukang cukur dengan keterampilannya bisa memodifikasi bentuk rambut seseorang yang bisa membuat wajah seseorang tampak enak dilihat, bahkan bisa tampak lebih muda dari usianya.

Di Mekkah, profesi tukang cukur kebanyakan dilakoni oleh pendatang dari India Kerala dan Pakistan dan sedikit orang Mesir. Mereka beroperasi dibanyak tempat yang mereka sebut Salon. Dua tukang cukur yang menjadi langganan saya keduanya orang India Kerala, Saya suka dan sangat puas dengan hasil kerja mereka, keduanya sangat ramah dan sabar terhadap pelanggan.

Saya punya pengalaman buruk dari tukang cukur Orang Mesir. Sudah terlanjur duduk dikursinya; prilakunya agak kasar dan kurang menghargai pelanggan. Sambil memainkan perkakas cukurnya matanya tidak lepas dari pesawat TV yang menayangkan Sinetron yang mungkin kesayanggannya. Dalam hati saya berjanji tidak akan berurusan lagi dengan orang ini.

Berkaitan dengan banyaknya Orang India dan Pakistan yang menjalani profesi sebagai tukang cukur di Mekkah. Timbul pertanyaan. “Apa tidak ada Orang Indonesia yang punya keahlian sebagai tukang cukur” sehingga TKI yang dikirim kebanyakan hanya Sopir dan TKW saja. Sehingga membentuk imej Indonesia sebagai Negara Khadamah alias Pembantu di mata kebanyakan Orang Arab.

.

Mekkah, lepas senja, maret 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline