Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Saukani

TERVERIFIKASI

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Tut

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Anak perempuan kok centil banget datang-datengin lelaki” Itu kata Emak mengomentari Tut yang sering datang kerumah kami, Emak ga pernah mempersoalkan Chinanya, sebab itu juga yang dikatakan Emak ngomentari Nyi yang juga sering datang kerumah kami. Nyi cantik tinggi semampai seperti itu lho Maudy Kusnaedy, tapi entah kenapa aku lebih suka Tut. Tut, anak China itu memang sering datang kerumahku, hampir setiap minggu. Tut mampir meminjamkan aku majalah atau Novel, Tut tau kalau aku memang senang membaca.

Wajahnya bulat dengan matanya yang sipit. Seperti kebanyakan orang China kulitnya kuning. Tut kalau tertawa biji matanya hilang, tertawanya tersengal-sengal macam orang kelelahan lucu sekali. Aku suka Tut. Aku suka senyumnya. Aku suka tertawanya. Kami memang akrab.

Aku sering duduk-duduk di teras rumahnya, mendengarkan Engkongnya bercerita. Engkong dengan penampilannya yang sederhana kaus oblong dengan celana komprang belang-belang. Aku suka gaya Engkong menyeruput kopi dari Mug kesayangannya.

Engkong dengan semangat bercerita bagaimana meriahnya perayaan Peh Cun di Kali Tangerang, mereka dulunya memang tinggal di Tangerang. Engkong muda dulu seorang pedayung tangguh. Perayaan Peh Cun biasanya dimeriahkan dengan lomba dayung Perahu Naga.

***

Tut sekolah pagi hari disekolah yang muridnya kebanyakan warga keturunan, sementara aku sekolah siang hari. Sesekali kami janjian, Tut berani ambil resiko dimarahi Mamanya karena terlambat pulang, sementara aku harus membolos tidak masuk sekolah. Kami cuma jalan-jalan, kadang naik Bus sembarang jurusan tapi biasanya kami pilih rute yang paling jauh pergi-pulang.

Sebelum pulang kami biasa mampir ke pasar satu kilometeran dari rumah kami. Makan soto mie kesukaan kami. Ini moment yang paling berkesan seumur hidupku takan pernah terlupakan. Tut suka pedas. Tut akan megap-megap kepedasan, matanya berkejap-kejap mukanya merah macam udang rebus.

“Rasain lu” kataku sambil nyengir.

Tut cemberut mencubit lenganku…enaaakkkk…

***

Tut dari keluarga keturunan yang biasa-biasa saja. Bapaknya seorang pekerja keras, bekerja di agen pabrik kacang asin ternama, biasa berangkat pagi buta kembali tengah malam buta.

Kami bertetangga, kalau lebaran Emakku biasa kirim ketupat dan sayur, Mamanya Tut suka sekali dengan masakan Emak. Begitupun ketika Imlek setidaknya 3 Kue Keranjang yang besar-besar mereka kirimkan. Emak suka sekali Kue Keranjang. Aku suka Tut. Aku suka senyumnya. Aku suka tertawanya.

Bu Parti, yang juga tetangga kami sekali waktu pernah guyonin Emak “Besanan yah…” Emak cuma mesem.

***

.

ahmad saukani (71)

Karya peserta lain silahkan menuju ke akun: Cinta Fiksi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline