Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Saukani

TERVERIFIKASI

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Ketika TKI Naik Haji

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_142021" align="aligncenter" width="448" caption="doa wuquf (ahmad saukani)"][/caption] Ketatnya pemerintah membatasi kendaraan kecil masuk areal Arafah menjadikan perjalanan kami relativ lancar, itupun hampir satu jam bus yang kami tumpangi baru tiba di arafah. Pada kondisi biasa dari tempat kami di taniem ke arafah cukup setengah jam saja. Semula saya dikabari akan berangkat jam 12.00 tengah malam sabtu. Setelah berihram dan niat haji dari rumah. Setengah dua belas kami sudah siap dikediaman keluarga besar Abdul Malik warga Saudi yang masih keturunan Indonesia. Haji tahun ini kami ikut rombongan mereka dengan pertimbangan mereka punya tenda di arafah. Ternyata bus baru bergerak jam 03.00 dini hari. Kami harus berdesakan dengan mungkin lebih dari 70 orang didalam bus yang kapasitasnya 50 orang ini. Sekitar pukul 04.00 kami sudah masuk arafah. Suasana dini hari itu sudah ramai sekali. Jam diponsel saya menunjukan angka 04.15 ketika kami masuk tenda, sebab kami masih harus jalan kaki dari tempat bus berhenti kelokasi tenda. Ternyata kami dapati lantai tenda belum ada alasnya masih asli beralaskan pasir. Jadi kami masih harus bersabar panitia mengelar tikar. [caption id="attachment_142022" align="aligncenter" width="448" caption="ngantri buang hajat (ahmad sdaukani)"][/caption]

Lepas sholat subuh sebagian kami ada yang membaca qur’an, ada yang zikir ada pula yang ngobrol. Saya pilih tidur, badan lelah sekali rasanya, sejak kemarin kurang tidur. Rasanya baru saja mata terpejam ketika saya dibangunkan sekitar pukul 08.00 sarapan sudah siap. Roti, seley dan keju masih ditambah sebutir telur rebus ditutup dengan teh susu cukup memadai.

Ternyata tenda kami masih diisi rombongan lain lagi. Dua rombongan susul-menyusul setelah rombongan kami. Sepuluh tenda yang dijadikan satu diatas lahan sekitar 250 meter persegi menjadi penuh sesak. Ada teman yang mengeluh sempit.

Saya merenung. Ketika kita makan dan minum sudah tidak bisa lagi, sendiri terbujur di dalam kubur. Tenda ini sudah lebih memadai masih pula dapat ransum heheh.

Di halaman wc sekaligus ada tempat berwudu yang cukup besar dipadati jamaah laki-perempuan rombongan TKI asal Riyadh, ternyata mereka sekitar seratus orang tidak punya tenda, jadi duduk seadanya.Beberapa orang dari mereka sempat protes dengan panitia. Kata orang naik haji memang harus banyak sabar.

Ditempat yang sama dibawah pohon mindi yang cukup teduh saya bertemu beberapa orang yang duduk berimpitan. Setelah omong-omong dengan salah seorang dari mereka. ternyata mereka yang disebut haji non kuota yang setiap musim haji selalu jadi bahan omongan. Mereka tidak mengenakan gelang identitas seperti yang dikenakan jamaah haji khusus yang dikelola pemerintah Indonesia. Mereka bukan tidak ada tenda, tapi menurut mereka tenda yang tersedia sangat tidak memadai. Ternyata mereka yang bayar ribuan dolar, sama saja dengan kami yang bayar sekitar sejuta rupiah saja cuma bedanya kami membayarnya dengan real. Naik haji memang harus banyak bersabar, syukuri saja apa yang didapat.

[caption id="attachment_142023" align="aligncenter" width="448" caption="non kuota ribuan dolar (ahmad saukani)"][/caption]

Menjelang azan zuhur antrian di wc kian menjadi-jadi. Air cukup tersedia cuma keran untuk wudu tidak banyak jadi untuk wudhupun kami harus antri. Naik haji memang harus banyak bersabar.

Helycopter di udara arafah terus berputar. Bergantian antara hely kepolisian, pemadan kebakaran dan dari bulan sabit saudi memantau situasi.

[caption id="attachment_142024" align="aligncenter" width="448" caption="helycopter berputar diatas arafah (ahmad saukani)"][/caption]

Cuaca awal November ini masih cukup menyegat. Dipimpin seorang Iman kami sholat zuhur diqasar dan dijama dengan sholat ashar yang juga diqasar. Jadi sholat zuhur 2 rakaat dilanjut dengan sholat ashar 2 rakaat. Itu yang dicontohkan Baginda Rosulullah SAW ketika berhaji. Selesai sholat Imam memimpin do’a wuquf.

Selesai berdo’a panitia sudah menyiapkan makan siang. Nasi sambal, ikan kembung goreng dan rendang. Alhamdulillah, syukuri apa yang didapat.

Sesudah makan siang kami masing-masing berdo’a sesuai dengan apa yang kami innginkan. Hari Arafah adalah sebaik-baik waktu dan tempat untuk berdo’a. Sampai azan magrib saat kami para Hujjaj harus meninggalkan Padang Arafah.

[caption id="attachment_142025" align="aligncenter" width="336" caption="anak tki naik haji (ahmad saukani)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline