Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Saukani

TERVERIFIKASI

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

William Sahabatku

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Resmi sudah Pangeran William pewaris tahta Kerajaan Inggris menanggalkan statusnya sebagai bujangan. Sang Pangeran menyunting gadis pujaannya Kate Middleton. Dengan pesta pernikahan yang begitu Wah!, suatu perhelatan yang sempat menyedot perhatian banyak orang. Setelah resmi menikah dengan William, Kate menerima gelar 'Duchess of Cambridge', sedangkan William sendiri bergelar Duke of Cambridges.

Pak Willem begitu biasa saya menyapanya, karena teman yang lainpun begitu juga menyebutnya. Willem yang satu ini, cerewet bukan main, tapi bukan cerewet judes, Pak Willem banyak omongnya, banyak cerita kadang saya ga ngerti juntrungannya. Awalnya sebal juga, saya merasa terganggu dengan keberadaan pak Willem ini, tapi lama kelamaan jadi terbiasa, senang juga dengan keberadaan beliau, tanpa kehadiran pak willem sehari saja kantor jadi senyap macam kuburan.

Oh ya, maaf yang mau saya ceritakan memang bukan The Duke of Cambridges, William sang pangeran, tapi William alias pak Willem sahabat saya, rekan kerja ketika saya tugas di Manado.

Ini bagian dari pengembaraan saya sekitar tujuh bulan tinggal di Manado. diproyek jaringan telepon wilayah Manado dan sekitarnya, saya termasuk tim yang dikirim dari Jakarta, sebelumnya ditempatkan di Makasar yang ketika itu masih disebut Ujung Pandang. Setelah proyek di Makasar mendekati penyelesaian beberapa karyawan dikirim ke Manado termasuk saya.

Di Manado kami dibantu tenaga lokal anak-anak muda yang potensial penuh semangat, dibantu juga beberapa pensiunan muda karyawan telekom, seperti pak Rudy, pak Jhoni, pak Yusak dari Bitung, termasuk pak Willem itu tadi. Keberadaan mereka sangat membantu kelancaran pekerjaan kami.

*********************

Kalau pak Willem sudah beraksi tidak ada yang berani, tepatnya tidak tega menghentikan celotehan pak Willem, kacauali satu, Santi yang orang tuanya berasal dari Makasar, sedang Santi sendiri lahir dan dibesarkan di Manado. Ya, cuma dia yang bisa mengiterupsi pidato pak Willem, keduanya kerap kali bertengkar, tapi biasanya akan diakhiri dengan derai tawa pak Willem, setelah itu baru dia ngeh dengan tugasnya.

Nelce sebagai sekretaris perusahaan, dia yang bertanggung jawab semua urusan administrasi, tapi repotnya Nelce belum lancar mengoperasikan komputer, dia akan tanya-tanya Anton yang operator Auto Cad, karena Anton selalu sibuk Nelche lebih sering tanya saya, padahal kemampuan saya juga tidak lebih dari Nelche, untung saya punya buku aplikasi excel dan word, jadilah kami kursus bukan saja gratisan, tapi digaji perusahaan heheh.

Pak Willem pernah terang-terangan menyatakan ketidaksenangganya dengan keberadaan Nelche, dikarenakan penampilan Nelche yang dianggapnya kuno dan ndeso “Nelche ini cuma marusak pamandangan saja” kata pak Willem, tapi Nelche cuma senyum-senyum saja, bikin pak Willem tambah kekhi.

Pertengkaran pak Willem denganSanti sudah menjadi ritual sehari-hari, yang dimulai dari celotehan pak Willem. Setelah urusan dengan Santi selesai baru dia mengerjakan tugasnya sampai istirahat siang, setelah itu pak Willem akan kembali mendalang, tidak sampai setengah jam biasanya Pak Willem akan menghilang, padahal kantor belum lagi tutup, baru esok harinya pak Willem nongol dengan bawa lakon yang lain.

Pak Willem memang tidak pernah kehabisan stok cerita, selalu ada yang baru. Itu tadi bahkan Nelche pernah jadi bahan ceritanya, seperti biasa Nelche cuma senyum-senyum saja dibuatnya.

Manado masyarakatnya memang ramah, khusus semua teman yang saya kenal, mereka juga punya semangat persaudaraan yang tinggi. Dua hari menjelang Natal, Nelche mengundang saya kerumahnya, padahal saya sudah bersiap-siap pulang ke Jakarta, sudah barang tentu dengan sangat menyesal saya tidak bisa memenuhi undangannya, Nelche bisa memaklumi.

Sungguh kenangan yang amat sulit dilupakan, indahnya kebersamaan, indahnya pantai Malalayang, indahnya Manado dan keramahtamahan pendudukya. Nikmatnya ikan bakar, tinutuan dan banyak lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline