Lihat ke Halaman Asli

Ubud dan Politik Pariwisata

Diperbarui: 27 Agustus 2017   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun politik memang masih 1-2 tahun tapi aromanya sudah sampai lebih dulu. Tidak hanya pemilu ditahun 2019, tetapi pilkada serentak ditahun 2018 tentu sangat menarik karena beberapa pertarungan besar akan terjadi di berbagai daerah, sehingga tahun depan seperti pertandingan pemanasan yang menentukan para petarung di 2019. Hal ini juga terjadi di Pulau para Dewa, Pulau Bali, yang akan menghelatkan pemilihan Gubernur dan pemilihan kepala daerah di Gianyar dan Klungkung.  Para petarungnya pun sudah terlihat menunjukan wajahnya terutama dalam pemilihan Gubernur Bali dimana berbagai tokoh berebut untuk mendapatkan jatah rekomendasi dari pimpinan partai. Namun tidak hanya dilevel provinsi, di daerahpun tidak kalah panasnya, termasuk di Kabupaten Gianyar yang terkenal sebagai bumi seni.

Sudah jadi rahasia umum  kalau jualan utama dalam setiap perhelatan politik adalah komoditas utama dari daerah tersebut. Misal saja kampanye terjadi didaerah penghasil beras, maka isu pertanian akan sangat mencolok dan menjual. Begitu pula di Bali, isu pariwisata masih menjadi isu paling seksi dalam meraup suara. Apalagi di Kabupaten Gianyar yang terkenal dengan penghasil kesenian, tentu pariwisata jadi sangat menarik karena menjadi urusan perut orang banyak, yang kemudian menyasar daerah pusat wisata utama Kabupaten Gianyar yaitu Ubud.

Ubud adalah daerah wisata ternama bukan hanya ditingkat nasional tapi juga di mata dunia. Tidak dapat disangsikan lagi, Ubud yang memiliki corak yang khas dibanding tempat wisata lain di Bali yaitu membawa suasana kebahagiaan tanpa hura-hura. Lain dengan tempat wisata lain yang membawa suasana pesta dan dunia malam, Ubud menawarkan kebahagian dalam bentuk yoga, kuliner vegetarian, aroma therapy, suasana berbukit serta kafe-kafe mungil yang cantik.

Pada tahun lalu Ubud memeperoleh peringkat ke-3 sebagai destinasi wisata dunia dari Tavel & Leisure, namun sayangnya peringkat ini anjlok pada posisi ke-9 pada tahun ini. Hal ini tentu ditanggapi serius dan reaktif oleh pemangku kebijakan seperti yang dinyatakan oleh Kepala Dinas Pariwisata Daerah Gianyar dalam kutipan berita ini 

http://bali.tribunnews.com/2017/08/19/peringkat-ubud-bali-merosot-ke-posisi-9-terbaik-dunia-inikah-penyebabnya

Kami sangat terpukul melihat hasil survei Travel & Leisure tahun ini, Ubud menduduki peringkat sembilan. Sementara tahun lalu masih di peringkat tiga. Kami tidak bisa pungkiri, permasalahan yang dihadapi Ubud saat ini sangat kompleks

Hal utama yang dijadikan sebagai penyebab utama adalah faktor kemcetan, trotoar yang rusak dan masalah kebersihan. Tentu saja ketiga hal ini sangat berpengaruh terhadap pariwisata, tapi bagi siapapun yang pernah atau sedang tinggal di Ubud dan sekitarnya pasti sudah hafal betul bahwa permasalahan ini adalah masalah klasik yang sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya, bukan perkara satu tahun lalu yang tiba-tiba menurunkan kualitas ubud. Masalah peringkat pariwisata juga tentunya sangat sempit jika kita menarik kesimpulan hanya berdasarkan 2 sample tahun data apalagi hanya dari satu survey. Lalu mengapa isu ini jadi sangat berkembang di media massa terutama media lokal dan ditanggapi begitu serius oleh pemangku kebijakan? Pilkada Gianyar sudah dekat!

Apa hubungannya pariwisata ubud, peringkat dunia dan pilkada gianyar? Tentu beberapa pihak akan menganggap ini adalah tuduhan belaka. Silahkan baca artikel ini untuk memberi gambaran awal:

http://www.jawapos.com/radarbali/read/2017/08/21/8698/ubud-macet-parah-pemerintah-gianyar-bakal-bentuk-perda-ubud


Artikel tersebut cukup jelas menyampaikan bahwa ada niat baik dari pemerintah kabupaten Gianyar yang disampaikan oleh wakil Bupati Gianyar ,untuk menyelesaikan permasalahan kemacetan di Ubud melalui penyusunan perda (peraturan daerah). Hal ini jadi berita baik bagi warga ubud setidaknya pemerintah peduli. Namun jika dibaca secara lebih teliti, perda itu akan disampaikan nanti saat kampanye.Ya betul, saat kampanye. Ini sangat jelas menunjukan posisi permasalahan ubud mengenai kemacetan, kebersihan, trotoar rusak hingga penurunan peringkat hanyalah komoditas politik belaka.

Tapi, konsep itu akan dimunculkan oleh Mahayastra saat kampanye. "Nanti akan saya munculkan, bagaimana penataan Ubud. Nanti ini yang akan saya ajukan sebagai dasar hukum Perda. Sifatnya harus memaksa," ujarnya.

Apakah salah menggunakan isu lokal dalam kampanye politik? Tidak salah bahkan sangat benar, karena politik dan kebijakan memang seharusnya digunakan untuk menyelesaikan masalah masyarakat. Namun dengan niatan awal seperti ini, permasalahan lokal hanya digunakan untuk meraup suara, sehingga solusi yang ditawarkan bukanlah untuk menyelesaikan masalah yang sesungguhnya. Solusi yang ditawarkan menjadi tidak solutif dan praktikal, justru cenderung transaksional. Apakah masyarakat bisa berharap banyak mengenai penyelesaian permasalahan Ubud melalui solusi seperti ini?

Kejadian seperti ini tentu sudah umum terjadi, sangat tidak mengagetkan jika ada yang menggunakan Ubud sebagai nilai tukar dan tentunya hal ini bisa saja dilakukan oleh pihak manapun yang tertarik merebut kekuasaan di Gianyar. Ada beberapa faktor yang membuat Ubud menarik:

  1. Isi perut orang banyak. Meskipun penduduk Ubud hanya persekian dari total penduduk Kabupaten Gianyar. Banyak sekali masyarakat Ubud ataupun luar Ubud yang menggantungkan nafkah diubud, sehingga daya tawar Ubud jadi begitu mahal.
  2. Eksposure International. Banyak media yang tertarik menyorot Ubud, banyak pula organisasi Internasional yang berlokasi disana. Menawarkan solusi bagi Ubud tentu akan mendapatkan sokongan media dengan mudahnya.

Berdasarkan dua faktor itu saja sudah sangat menentukan, tentulah isu Ubud sangat mumpuni untuk meraup suara. Namun saat ini masyarakat sudah semakin cerdas, pemuda semakin kreatif dan munculnya kaum masyarakat baru yang bernamana netizen akan sangat menentukan. Namun segala kelebihan ini akan jadi sia-sia jika kita hanya duduk diam dan menunggu seseorang menyelamatkan daerah kita. Berdoa saja tidak cukup kawan, kini saaatnya bergerak, ambil tindakan dan selamatkanlah daerahmu.

Tentu saja Gianyar masih memiliki segudang masalah. Ada banyak sektor yang perlu dituntaskan. Solusinya bisa sangat mudah didapatkan apalagi semakin banyak anak muda Gianyar yang kreatif dan berprestasi, namun selama pemerintahannya masih setengah hati maka segala "kekayaan" akan jadi sia-sia.

Pilkada sudah dekat kawan, jangan remehkan suaramu sendiri. Setiap pilihan menentukan masa depanmu. Memilihlah dengan bijak.

Nb: penulis adalah seorang mahasiswa yang belajar lingkungan hidup. Tidak pernah kuliah pariwisata ataupun politik. Karena tidaklah harus cerdas disegala bidang untuk menjadi solusi, tapi kecintaan yang dapat menggerakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline