Lihat ke Halaman Asli

Mencari Kebenaran di Lingkaran Setan

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selamat datang di dalam lingkaran setan,

dimana cerita fiktif telah disulap jadi fakta,

dimana kebenaran berdasarkan fakta adalah utopia belaka.

Kelam dan suram, gambaran sebuah labirin besar yang bersekat banyak , jangankan jalan untuk keluar, cahayapun tidak diizinkan masuk. Sebuah lingkaran setan telah terbangun di kursi-kursi kekuasaan! Ketika hitam dan putih telah sulit untuk dibedakan, ketika para penjahat dipuja dandiseragami pakaian pahlawan, dan ketika mencari kebenaran lebih sulit dari mencari jarum yang tenggelam di dasar lautan.Inilah realita Indonesia saat ini, sebuah lingkaran setan.

Belum tuntas permasalahan mega skandal Century, permasalahan cek perjalanan, dan pengusutan kasus si buncit Gayus Tambunan , beberapa bulan belakangan ini Nazarudin muncul bak artis dan menjadi buah bibir yang menghiasi Media cetak dan elektronik. Gambaran lingkaran setan diatas benar-benar mencirikansandiwara yang dilakoni oleh para elit pemerintahan.

Nazar Tidak Sendirian

Beberapa minggu lalu Presiden SBY menginstruksikan seluruh jajarannya untuk mencari keberadaan Nazarudin, buron yang diduga terlibat dalamkasus korupsi wisma atlit di Palembang.Hasilnya? Nol besar. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah , Nazar dapat dengan santainya berkomunikasi dengan media, baik melalui Telepon maupun via BBM. Nazarudin pun menelanjangi pemerintahan dengan pembeberan beberapa fakta-fakta yang mengejutkan, yang pada intinya dirinya tidak “bermain sendirian”.

Nazarudin yang bosan dipojokkan dengan dugaan yang melulu diarahkan kepadannya mulai mencari teman. Hasilnya? Karibnya sendiri Anas Urbaningrum dituduh menggunakan dana APBN untuk menyuap calon pemilihnya dalam perebutan tahta pimpinan partai Demokrat . Dan yang lebih mengejutkan dana yang digelontorkanpun tidak sedikit, 10.000 US Dollar, dan jika ditotal Rp. 7.000.000.000 dicairkan hanya untuk Anas!Dewan Perwakilan Rakyatpun disebut-sebuttelah dibungkam dengan uang sebesar Rp. 9.000.000.000 . Bahkan yang lebih menariknya lagi Nazarudin melancong ke singapura setelah mendapat instruksi dari Anas.Dilain pihak kubu partai Demokrat kebakaran jenggot dan mati-matianmementahkan semua tuduhan yang dilemparkan Nazarudin. “Nazarudin sedang berhalusinasi” ujar seorang kader partai Demokrat berusaha menutup boroknya.

KPK Kurang Bukti (lagi) ?

Ketika ada kasus kelas kakap seperti Nazarudin semua mata langsung tertuju pada Komisi Pemberantasan Korupsi yangdigadang-gadang dapat mengeluarkan pedangnya dan menyeret semua pelaku untuk diadili. Beberapa kader Demokrat sudah dijadikan tersangka termasuk Nazarudin dalam kasus korupsi wisma atlet, lalu bagaimana dengan Anas?

Padahal sudah dapat diraba adanya peranan Anas dalam kasus ini, tetapi mengapa KPK tidak bergeming terhadap Anas? Menurut pengakuan Nazarudin, salah satu pimpinan KPK yaitu Chandra M Hamzah punya “hutang budi” setelah dirinya dapat kembali menjadi pimpinan KPK. Mengejutkan. Untuk kesekian kalinya nama Chandra dikait-kaitkan,Nazarudin mencitrakan KPK sebagai tukang peras yang siap mengangkat perkara jika keinginannya tidak dipenuhi oleh empunya kasus. Dilain pihak KPK membantah keras tuduhan dari Nazarudin tersebut.

Kebenaran semakin Kabur

Lain dengan kisah Film layar lebar luar negri yang mengangkattokoh-tokoh pahlawan fiktif seperti Spider-man , Batman , dan lain-lain, pementasan seperti Gayus-man maupun Nazarudin-man memiliki karakteristik yang khas dan lain dari pada yang lain. Jika dalam pementasan Spider-man dan Bat-man kita akan tahu siapa yang berlakon baik dan siapa berlakon sebagai penjahat. Tetapi dalamperkara ini, mulai dari awal cerita sampai seterusnya kita tidak akan bisa menemukan siapa yang sebenarnya berperan sebagai penjahat dan bahkan penonton tidak tahu apakah pementasannya kapan akan berakhir.

Kebenaran akan semakin kabur jika sudah menyangkut lingkaran kekuasaan, prinsip komunitas lingkaran setan mungkin mirip seperti lirik lagu yang dilantunkan oleh grup duo Ratu. perbedaannya hanya diganti sedikit kata-katanya, aku korup kamu korup sudah jangan bilang siapa-siapa..... Masyarakat sibuk mencari arah kebenaran padahal semua kartu mereka sudah tahu. Presiden pasti sudah tahu dimana Nazarudin berada, beliau juga pasti paham apakah Anas terlibat atau tidak dalam perkara ini, dan pastinya terkait awak KPK yang “bandel” Presiden juga pasti sudah tahu.Mengapa diam saja?

Lalu Harus Percaya Siapa?

Disaat masyarakat sudah begitu mual dengan pementasan ini, kemungkinan besar tidak lama lagi akan dicekoki cerita baru sebagai pengalih isu, entah kekerasan terhadap umat beragama, teroris atau hal lainnya. Seperti biasa, menumpuk permasalahan untuk kabinet selanjutnya. Lagi-lagi masyarakat hanya terduduk bingung mereka-reka siapa yang sebenarnya bersalah. Memuakkan! sebenarnya keinginan masyarakat sangat besaruntuk turut memberikan dukungannyapada pihak yang benar, tetapi tidak ada cukup cahaya untuk mengintip ke dalam lingkaran setan dan mengetahui siapa yang benar dan siapa yang salah. Gelap! Lalu muncul pertanyaan, kita harus percaya siapa? Masyarakatpun menjadi massa ganas mengambang yang kehilangan arah dan pegangan.

Selama Presiden belum berani menenteng lentera dan menggandeng tangan rakyatnya untuk bersama-sama menghancurkan labiirin setan dengan godam, selama itu pulalah negara ini akan tersesat. Selama Presiden memilih menjadipatung dari pada menjadi terang, selama itulah kebenaran akan menjadi utopia bualan khas kampanye.

Presiden seharusnya bertindak cepat dengan mecabut benalu di “rumahnya” sendiri (bukan malah melindungi) sebagai bukti janjinya untuk meberantas korupsi sebagai langkah awal.Setelah selesai dengan rumahnya sendiri barulah titik awal penyelesaian akan muncul. Tetapi hal ini akan sulit dilakukan jika Nazarudin masih “dibiarkan” berkeliaran.Presiden harus berlapang dada menelanjangi kader partainya demi kepentingan umum .

Masyarakat sudah lapar akan kebenaran, sama seperti macan yang siap mengamuk karena kelaparan.Ini adalah ultimatum bagi penghuni lingkaran setan!

Presiden harus dapat membuktikan bahwa dirinya dapat dipercaya untuk memimpin jajarannya untuk menuntaskan kasus Nazarudin atau REVOLUSI tinggal menunggu hari !

Ignasius Mandela Creido Sinaga

Wakil Ketua Bidang EksternalDewan Mahasiswa

Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline