1. Pendahuluan
Berdasarkan eksplorasi yang ada di SMK ditemukan beberapa permasalahannya pembelajaran, yang paling sering ditemukan adalah kurangnya kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal berbentuk HOTS, hal ini dikarenakan jarangnya guru memberi Latihan-latihan analisis, padahal peserta kelas XI seharusnya sudah dapat menguasai kompetensi di Fase F dan dapat mencapai C4 ke atas. Adapun peran dan tanggung jawab dalam praktik pembelajaran ini sebagai guru Mapel Pendidikan Pancasila berkewajiban memberikan praktik baik dalam pembelajaran sehingga peserta didik dapat meningkatkan kemampuan bernalar kritis (HOTS) peserta didik kepada rekan sejawat dalam proses belajar mengajar dan mencari solusi yang tepat untuk pemecahan masalah dalam meningkatkan pemahaman bernalar kritis pada peserta didik.
Dengan adanya model PBL yang seluruh sintaknya sinkron dengan peningkatan nalar kritis dapat membantu guru dalam meningkatkan berfikir kritis, sehingga nanti peserta didik akan terbiasa mengerjakan soal berbentuk HOTS. Selain itu, hasil belajar peserta didik dapat lebih baik sebagai imbas dari ketertarikan dan keaktifan peserta didik dalam mengikuti pelajaran yang di berikan. Beberapa alasan yang membuat praktik baik ini patut dibagikan adalah apabila hal ini menemukan solusi maka Praktik pembelajaran ini bisa dijadikan contoh pembelajaran inovatif bagi guru lain, Pembelajaran dengan menggunakan model PBL, metode diskusi dalam analisis kasus yang kontekstual dapat dijadikan referensi agar pembelajaran lebih menyenangkan.
2. Pembahasan
Adapun beberapa tantangan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam bernalar kritis/mengerjakan soal HOTS,
- Guru cenderung kurang motivasi dalam membiasakan memberi soal-soal HOTS
- Pembelajaran terlalu teksbook, sehingga tidak terlalu sering mengasah daya nalar kritis peserta didik, Guru khawatir jika diberikan soal HOTS siswa tidak bisa meraih nilai Cakap.
- Pembelajaran dengan mengasah High Order Thingking skill di anggap kurang menarik/susah
Maka dari itu Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru sesuai tantangan yang dihadapi yaitu :
- Mengidentifikasi kondisi yang ada di kelas dengan cara sharing dengan kepala sekolah maupun rekan sejawat
- Memilih model pembelajaran yang sintaknya memuat karakteristik HOTS serta inovatif dan menyenangkan. Hal ini di lakukan agar peserta didik dapat mengembangkan bernalar kritis melalui pembelajran yang menyenangkan
- Memilih metode pembelajaran yang interaktif. balance antara peserta didik dengan guru sebagai fasilitator, pembelajaran harus kontekstual, sehingga mudah dipahami oleh peserta didik
- Menyiapkan media, sarana prasarana sebagai penunjang pembelajaran
Setelah itu guru melaksanakan Strategi pembelajaran berikut:
- Guru menggunakan model pembelajaran inovatif, yaitu model Problem Based Learning (PBL).
- Guru memilih kasus-kasus yang berkaitan dengan perilaku demokratis yang harus dipecahkan menggunakan analisis dan dalam menemukannya butuh Kerjasama dengan kelompok
- Guru memanfaatkan media teknologi dalam kegiatan pembelajaran yaitu literasi secara digital, riset informasi dengan browsing
- Memanfaatkan games dalam pencarian kasus
- Membuat bahan ajar yang kontekstual.
- Memanfaatkan LKPD.
Adapun proses pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah :
- Menyampaikan tujuan pembelajaran, Teknik penilaian sehingga siswa mengetahui dari awal apa saja kegiatan pembelajaran, tidak lupa memberikan asesmen diagnostik/pre-test.
- Selanjutnya masuk dalam langkah PBL diawali orientasi masalah diintegrasikan dengan pertanyaan pemantik.
- Kemudian siswa mendapatkan tugas kelompok dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kasus-kasus yang berkaitan dengan perilaku demokratis. Kegiatan dalam mencari pemecahan masalah dari kasus tersebut, peserta didik perlu berkolaborasi dengan teman kelompoknya dengan cara mencari sumber referensi di internet, hampir seluruh peserta didik terlibat aktif.
- Setelah itu peserta didik menuangkan hasil analisisnya melalui media canva dan menyajikannya di depan kelas, antar kelompok saling mengevaluasi hasil pekerjaan temannya.
- Berbeda halnya dengan mengerjakan pre-test (asesmen diagnostic), dalam mengerjakan soal post test berupa penugasan, sebagaian peserta didik sudah memahami materi yang telah disampaikan.
- Pada aksi nyata ini menggunakan sarana prasarana teknologi berupa laptop, LCD,aplikasi
3. Kesimpulan