Lihat ke Halaman Asli

Mamira AjengPrachelia

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Lingkungan Tak Sehat Dapat Memicu Diabetes Melitus

Diperbarui: 30 Agustus 2020   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dalam kehidupan, seseorang tidak hanya membutuhkan kesehatan jasmani saja untuk mencukupi kebutuhan fisiknya seperti makan, minum dan olahraga. Tetapi juga yang tak kalah penting adalah kesehatan lingkungan, yang dimana berguna untuk mencegah timbulnya suatu vektor penyakit di pemukiman atau tempat tinggal tersebut. Salah satu vektor penyakit yang ditimbulkan oleh lingkungan ialah sebagai pemicu keadaan penyakit diabetes mellitus.

Diabetes Melitus (DM) ini merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia dan intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara adekuat atau karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif atau kedua-duanya (WHO, 2016).

Pada variabel umur ≥50 tahun  dapat meningkatkan kejadian diabetes mellitus, karena penuaan menyebabkan menurunnya sensitivitas insulin dan menurunnya fungsi tubuh untuk metabolisme glukosa. Hal tersebut dibuktikan pada suatu kelompok penelitian John S. Kekenusa tentang “Analisis Hubungan Antara Umur dan Riwayat Keluarga Menderita DM dengan Kejadian Penyakit DM Tipe 2 Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik Penyakit Dalam Blu RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado”, yaitu didapatkan bahwasannya dimana kelompok usia tua lebih tinggi tiga kali lipat rentan mengidap penyakit diabetes melitus dibandingkan dengan kelompok yang lebih muda. Selain itu, kelompok penelitian juga mendapatkan hasil bahwa seseorang yang berjenis kelamin perempuan lebih beresiko terpapar penyakit diabetes mellitus tersebut dibandingkan seseorang yang berjenis kelamin lak-laki, karena disebabkan oleh faktor stress akibat lingkungan tempat tinggal tersebut (John S, 2013).

Kemudian sebuah defenisi dari penelitian menjelaskan bahwa lingkungan memiliki dampak besar terhadap para penderita diabetes Melitus. Survei yang melibatkan 15.308 responden pasien diabetes melitus menyebutkan bahwa mereka yang tinggal di lingkungan tak sehat memicu perkembangan diabetes melitus menjadi lebih buruk. Sehingga Hasil survei yang dipublikasikan awal tahun ini untuk meneliti sejauh mana dampak tempat tinggal terhadap penyakit yang diderita (Geisinger Health System, 2018).

Yang dimaksud dengan lingkungan tidak sehat ialah dimana suatu udara, tanah dan air nya dikatakan tidak bersih, terdapat aroma tidak sedap dan terjadinya pencemaran didalamnya, yang disebabkan oleh suatu agent seperti bacteri dan virus yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan. Sedangkan menurut, WHO (World Health Organization) – Kesehatan lingkungan adalahhal yang penting, dimana harus mempunyai suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia & lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.

Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat meningkatkan resiko pada DM, dimana jika terjadinya perpindahan dari pedesaan ke perkotaan atau urbanisasi yang kemudian menyebabkan perubahan gaya hidup seseorang, Diantaranya adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang akan menyebabkan obesitas. Maka pada kondisi obesitas tersebut akan memicu timbulnya DM seseorang (Evi kurniawaty, 2016).

Selain itu, apabila seseorang yang tinggal di lingkungan yang tak sehat maka akan memicu stress dan dapat  memperburuk kondisi penderita penyakit tersebut. Karena pada saat seseorang mengalami stress, kelenjar pituitari di dalam otak akan menurunkan produksi hormon serotonin ( hormon yang teramat komplek dengan banyak tugas) seperti mengatur mood, mempengaruhi kelenjar pankreas serta mengeluarkan insulin dan lainnya. Jika saat stress terjadi produksi serotonin akan berkurang, maka kemampuannya untuk meningkatkan produksi insulin pun juga menjadi berkurang, akibatnya hormon insulin pun menjadi minim.

Insulin ini ialah merupakan suatu hormon yang diproduksi pankreas untuk mengatur atau menurunkan kadar glukosa dalam darah, dengan cara membantu glukosa masuk dalam sel yang membutuhkan glukosa untuk hidup. Sederhananya, insulin ini membuat kadar gula darah seseorang menjadi stabil. Sehingga saat kita stres, hormon serotonin diproduksi dalam jumlah sedikit, maka insulin otomatis berkurang, dan ini bisa mengurangi kemampuannya menetralisir gula darah itu. Karena darah kekurangan pasokan insulin, maka glukosa darah akan tetap berada pada aliran darah tanpa bisa memasuki dinding sel, maka terjadilah kenaikan gula darah tersebut.

Sementara itu Assistant Vice Presiden Agung Podomoro Land, Agung Wirajaya yang menjadi salah satu narasumber mengatakan, stres adalah santapan sehari-hari masyarakat perkotaan. “Macet, polusi udara, atau beban kerja yang menumpuk, dapat memicu stres. Rasa-rasanya, kita yang tinggal di kota-kota besar ini sulit menghindari stress”.

Jadi dapat dikatakan bahwa sebagian masyarakat yang tinggal di kota-kota besar mulai memikirkan alternatif untuk tinggal di luar kota demi menghindari stres. Banyak yang beralih untuk tinggal di kawasan yang masih asri, alami dan jauh dari hiruk-pikuk maupun polusi. Karena jika bisa lepas dari stres, produktivitas akan meningkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline