Lihat ke Halaman Asli

Kognisi Manusia Hingga Sepanjang Hidup

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kognisi manusia dimulai dari otak manusia yang mulai terbentuk dari umur sembilan bulan, dan berakhir sampai akhir hidupnya. Perkembangan kognisi manusia belum sepenuhnya terbentuk hingga usia kedua puluh bulan.

Perkembangan kognisi dimulai dari adanya penelitian Jean Piaget. Piaget menyatakan bahwa pertumbuhan intelektual secara biologis ditentukan dan diatur oleh dua proses, yaitu adaptasi, yang mencangkup penyesuaian kognitif terhadap lingkungan dan organisasi yang mencangkup peringatan kompleks dan representasi mental yang terintegrasi. Ciri-ciri perkembangan kognitif adalah: bersifat kuantitatif, perubahan linier dalam suatu tahap, dan adanya perubahan kualitatif melintasi empat tahap utama, yaitu tahap sensorimotor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal.

Prinsip-prinsip umum Jean Piaget adalah organisasi dan adaptasi. Organisasi mengacu pada sifat dasar struktur mental yang digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami dunia. Pikiran dalam perspektif Piaget bersifat terstruktur dan terorganisasi, meningkat kompleksitasnya, dan terintegrasi. Tingkat berpikir yang sederhana adalah skema, yaitu representasi mental beberapa tindakan yang dapat dilakukan terhadap objek. Sedangkan adaptasi mencangkup dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses perolehan informasi dari luar, dan pengasimilasinya dengan pengetahuan dan perilaku sebelumnya. Akomodasi meliputi proses perubahan skema lama untuk memproses informasi dan objek-objek baru di lingkungannya.

Pada tahap awal perkembangan saraf manusia, otak masih belum bertumbuh secara sempurna, tetapi pada permulaan trimester kedua, korteks serebral mulai terdiferensiasi dari spinal cord. Tujuh bulan kemudian, lobus-lobus penting mulai terbentuk. Pada bulan kesembilan, lobus-lobus tersebut mulai dapat dibedakan, dan invaginasi mulai tampak. Meskipun, kognisi dalam arti persepsi, pemrosesan bahasa, pikiran, dan memori masih berada pada fase embrionik selama pertumbuhan pranatal. Perkembangan kognitif belum muncul hingga perengahan bulan kedua puluh.

Lingkungan juga mempengaruhi perkembangan otak dan perkembangan kognitif. Bahkan ukuran otak juga dipengaruhi oleh lingkungan, seperti hewan peliharaan memiliki area korteks yang lebih kecil sekitar 10 sampai 20 persen dibandingkan hewan liar.Bayi manusia yang dibesarkan dilingkungan serigala, tampaknya tidak mampu mnegahdapi pengalaman barunya.

Perkembangan kognisi manusia melibatkan perolehan informasi dari ligkungan dan menyimpannya, serta manipulasi informasi dalam memori untuk mendapatkan gambaran mengenai bagaimana sudut pandang kognitif berguna untuk memahami beberapa aspek penting perkembangan manusia.

Setelah mengetahui sejarah dan perkembangan kognisi, tentu kita pasti akan mengalami proses penuaan. Ilmu yang mempelajari tentang proses-proses penuaan disebut dengan ilmu gerontologi.gerontologi berbeda dengan ilmu geriatri yang mempelajari penyakit-penyakit yang muncul seiring dengan proses penuaan. Sementara gerontologis mempelajari perubahan sosial, fisik, dan mental pada lansia. Meskipun penuaan sangat penting dalam perkembangan manusia, kebanyakan para peneliti lebih memfokuskan pada remaja dan anak.

Sangatlah penting melakukan kajian terhadap proses-proses kognitif manusia pada periode penuaan yang diandai oleh penurunan dari tahap perkembangan manusia. Penuaan dan kematian adalah aspek alamiah pengalaman manusia. Debra Fleischman (2004) melakukan penelitian, yang hasilnya mendukung bahwa kedua jenis memori bersifat disosiabel.

Rubin (1987), mengemukakan bahwa orang yang mencapai usia paruh baya (50 ke atas) cenderung mengingat episode darimasa mudanya hingga masa dewasa daripada tahun-tahun yang baru saja terlewati.

Penelitian-penelitian yang membandingkan kognisi tingkat lanjut pada anak dan orang dewasa menunjukan bahwa anak-anak menggunakan skematik cerita yang sama dengan cara yang dilakukan dengan orang dewasa. Orang dewasa lebih mengandalkan representasi semantik, sedangkan anak-anak lebih mengandalkan representasi yang berdasarkan persepsi, seperti membayangkan (imagery).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline