Belajar sampai ke negeri Cina dan belajar sampai akhir hayat barangkali adalah ungkapan yang kalau kita mau meresapi benar adanya. Bagaimana tidak, terkadang untuk bisa memperoleh sumber ilmu yang valid dan original tak segan segan berangkat belajar ke luar negeri menjadi salah satu alternatif.
Dengan cara memperoleh beasiswa atau merogoh kantong sendiri alias mandiri sah sah saja. Bahkan tudingan bahwa sekolah keluar negeri bagi sebagian kalangan tertentu adalah hanya mengejar gengsi demi prestise semata juga hanya sekedar gosip angin lalu.
Banyak plus yang didapat saat bersekolah di negeri antah berantah yaitu kemandirian, kemampuan adaptasi dengan berbagai lingkungan dengan kultur yang berbeda. Nilai plus inilah, bisa menjadi salah satu modal untuk menjalani tantangan zaman.
Kesan untuk beasiswa tentunya adalah pribadi yang berprestasi atau memenuhi syarat dari pemberi bea siswa. Belajar dan memperoleh ilmu sesuai dengan visi misi lembaga tertentu tentunya harus dilakukan dengan sungguh sungguh.
Apalagi kalau sampai ke negeri orang, tentunya harus benar benar memperoleh materi pengajaran yang menjadi amanah agar bisa diterapkan dan berhasil guna saat pulang ke tanah air.
Beda zaman, beda tantangan pendidikan. Benar sekali, saya setuju dengan pendapat tersebut. Akhirnya merumuskan formula, bentuk pengajaran atau bahkan kurikulum mengajar juga harus bisa menyesuaikan dengan tantangan dan kebutuhan zaman.
Masih ditambah lagi setiap negara termasuk kita dalam suatu era yang sama pastinya akan berbeda tantangan sesuai dengan wilayah Demografi bangsa. Pengalaman saat kota belajar dari mulai kecil sampai saat ini, menjadi orang tua dan wali murid memberikan pemahaman bahwa tantangan pendidikan selalu berbeda di setiap zaman. Coba mari kita ingat bersama sama.
Sewaktu kecil zaman PraSekolah hingga Sekolah Dasar, murid murid lebih banyak diharapkan menguasai baca dan tulis dengan cepat. Faktor hambatan lebih banyak bersifat sarana prasarana yang belum merata dan kondisi sosial ekonomi yang berbeda.
Makan cukup gizi juga belum merata, karena yang terpenting pada zaman saya tahun 1980an adalah makan penting kenyang dan bisa untuk tenaga melakukan aktifitas. Belum lagi pengajar alias pendidik juga tidak terlalu cukup penghasilannya. Entah karena faktor terpaksa harus bisa, kondisi siswa saat itu juga lebih penurut.
Gangguan yang sifatnya tehnologi HP dll tentu saja juga nihil. Nah dari sinilah, zaman itu tantangannya adalah sarana minum tetapi harus tetap berprestasi sesuai dengan standar saat itu. Membaca, menulis, memahami sebuah tulisan, gambar dan informasi yang didapat secara terbatas ; sebagai contoh saat itu RRI dan TVRI adalah media sosial elektronik idola kami. Masih ingat bagaimana kita melewati tantangan zaman pendidikan saat itu? Seru ya.
Berguirnya zaman membawa cerita dan perubahan tersendiri. Faktor gejolak sosial politik yang pernah dialami oleh negara tercinta kita ini juga memberikan pelajaran dan pengalaman tersendiri.