Indah sekali setiap Ramadhan datang
Di waktu kecilku..
Hadirnya kami tunggu
Libur sekolah kami tetap bermain dan berkumpul agar Puasa tak begitu saja pergi berlalu
Musholla kampung kami yang seperti rumah panggung dari geladak kayu
Tempayan tanah liat berjejer beberapa buah agar kami bisa berWudhu
Riuh rendah suara geladak kayu sering menerbitkan rindu. Betapa damai masa lalu dalan temaram lampu...
Terkadang kami harus mengelap debu
Membersihkan tempat ibadah agar lantainya berkilau selalu
Hhh... paling capek saat harus mengisi tempayan wudhu. Menimba dari sumur dan kami pikul berdua dari jerigen warna biru. Seingatku pernah juga menampungnya dalam semacam kendi besar yang kemudian kita pindah ke tempayan berjejer yang dilubangi agar air mancur kebawah dan ditutup dengan kayu kecil yang menghambat laju air agar tidak menetes kebawah alias pengunci penutup air yang membasuh aku dan kamu
Tempayan berganti tapi kenangan teringat selalu. Membekas dikalbu penutur ilmu bahwa takbakan luntur dan lekang oleh zaman doa dalam Sholat lima waktu. Agar kita terdidik disiplin waktu dan juga optimis sabar menyelami nasejat utama dari mbah Guru