Lihat ke Halaman Asli

MamikSriSupadmi

Wiraswasta

Rukun Warga, Rukun Tetangga: EO Meriahnya Hajatan Warga

Diperbarui: 6 November 2022   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

     Apa kabar tetanggaku semua? Yang tua yang muda. Yang sedang sibuk bekerja dan barangkali sedang beraktifitas di rumah saja. Hehe... kita sapa dulu orang orang terdekat di lingkungan sekitar kita dulu ya. Untuk menerbitkan rasa kangen saat menikmati kebersamaan. Kebetulan saya tinggal di lingkungan desa yang tidak terlalu ndeso karena fasilitas umumnya sudah hampir menyamai kecamatan. Maklum pasar Desa utama tempat pusat hari pasaran dengan menampung kegiatan jual beli pertanian dll  desa sekitarnya berada di Pasar Desa utama kami. Bank Rakyat, KSP, Samsat seminggu sekali, Puskesmas dan Gedung Pertemuan alumni Jamaah Haji siap melayani kebutuhan warga Desa dan sekitarnya.

     Tetangga terdekat utama lingkungan saya jumlahnya 30an KK. Hajatan utama wetonan, Terbisan kelahiran bayi, syukuran acara lamaran dan selametan bancaan pernikahan melibatkan lingkungan tetangga terdekat utama ini. Pun kerja bakti utama yang sifatnya musibah seperti lelayu, terkadang ternak yang jalan jalan belum kembali ke kandang dsb. Hehe... maklum beberapa tetangga ada yang memelihara ayam kampung. Dibiarkan pergi pulang bebas karena jumlahnya tidak terlalu banyak. Lingkungan utama saya ini profesinya beragam ; ada boss Bakso karena jualan dipasar dulu termasuk pioneer lapak kuliner utama. Pekerja proyek yang suaminya sering bekerja di luar kota atau pulau seberang. Berjualan bumbu di pasar. Pegawai kantoran di KSP, PDAM. Bapak dan Ibu Guru serta beberapa pensiunan yang produktif karena masih aktif berkegiatan. Petani yang punya ternak dan keahlian tukang juga ada. Bersyukur  sekali pakModin dan pak RT tinggalnya berada di lingkungan utama kami sehingga acara bancaan atau selametan apapun sudah pasti ada dua tokoh kampung ini.  Untuk skala hajatan lebih besar, tuan rumah biasanya akan memasrahkan atau istilahnya pasrah lampah pada pak RT dan pak Modin. Kemudian mereka yang akan menggerakkan warga yang lebih besar yaitu dilingkungan RT dengan kurang lebih anggotanya 100 KK. 

     Karena sudah terbiasa menjalani adat keboasaan yang berlaku, gotong royong warga terasa lebih ringan.  Bagian utama dari keberlangsungan hajatan yaitu among tamu, laden atau yang melayani tamu dan tukang ater ater masakan sudah dibagi sedemikian rupa.  Untuk hajatan yang sederhana sekalipun, punggawa utama tersebut sudah mempunyai seragam RT. Boleh juga meminjam seragam apabila yang bertugas karena sesuatu hal berhalangan dan diganti tetangga yang lain. Hanya mencariorang yang kira kira ukuran badannya sesuai. Hehe. Kalau tugasnya sih sudah lincahdan piawai karena pada dasarnya masing masing warga sudah terbiasa.

     Jadlah kami semua karena kebiasaan turun temurun ini bisa merangkai bunga, merangkai janur, meracik makanan di piring, menyajikan snack dan minuman khas hajatan.  Menghitung jumlah punjungan dan menghantar ater ater makanan tersebut sekalian untuk tamu lain wilayah baik RT maupun dusun lain dengan cepat pun bisa kami lakukan. Hal inilah yang membentuk pola pikir warga lingkungan untuk bisa saling menghormati dengan tetangga lainnya. Ada semacam tindakan moral apabila kita bersinggungan atau sengaja menyakiti warga lingkungan lainnya.  Etika ini dijunjung tinggi untuk menanamkan kesadaran bahwa selain saudara, orang terdekat yang akan tolong menolong dengan kita adalah tetangga. Buah kebajikan Hidup Bertetangga yang baik adalah guyub rukun untuk semua kegiatan. Setahun sekali setiap Lebaran , tetangga utama inilah yang kita kunjungi dan ada juga yang berbagi hantaran sederhana. Tolong menolong adalah hal perbuatan yang tidak bisa kita beli kan? 

     Yang paling nenyenangkan dari lingkungan adalah terkadang mereka lebih hapal dengan kerabat besan dan saudara dari warga lainnya. Maklum terkadang ikut anjangsana dalam suasana hajatan dan saling berbaur . Akhirnya kami anggaplah warga lingkungan sebagai anggota keluarga kita juga. Saling mendoakan, saling jaga keamanan dan menjaga nama baik. Supaya kondusif dalam kerukunan dan damai,  hingga disebutnya sebagai komunitas warga Rukun Tetangga.  Oke kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline