Lihat ke Halaman Asli

MamikSriSupadmi

Wiraswasta

Memilah Memilih Tontonan bagi Anak; Dongeng bukan Horor

Diperbarui: 10 Agustus 2022   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Film bergenre horor memang lebih mudah untuk dipromosikan agar bisa meraih khalayak penonton untuk bisa menikmati sajian hiburannya. Promosi termudah dan juga murah setelah tayang di bioskop adalah komentar dari penonton itu sendiri.  Sebut saja promosi dari mulut ke mulut, antusiasisme rating dan ketegangan penonton diceritakan dalam ulasan disana sini. Itulah daya tarik untuk bisa mendulang penonton berikut dan berikutnya lagi.

Tema film horor beragam. Tak jarang menempatkan anak anak sebagai pelaku utama. Aksesoris penyerta seperti boneka, mainan anak, foto, gambar adalah ornamen lain sebagai obyek penyerta, pelengkap dan bagian dari  keseruan , ketakutan, dan membangun ketegangan cerita dari film yang ditayangkan.  Menurut kita, bagaimana pendapat tentang hiburan bernuansa horor? Baik yang melibatkan anak atau tidak. Entah film katagori segala umur besutan lokal atau impor yang pastinya menarik secara audio visual tersebut.

Membuat film horor mungkin tidak mudah karena harus mengaduk imajinasi penontonnya. Sebagai konsumen kelas penonton, pilihan sebenarnya mudah. Menonton atau tidak menonton. Mengajak semua anggota keluarga atau berangkat sendiri.  Kita yang sudah berumur bisa saja asyik menikmatinya. Sedangkan bagi  anak anak perlu kita sadari bahwa motorik pola pikir mereka sedang dalam masa tumbuh berkembang. Ada yang mungkin sudah bisa menyerap konteks memilih dan memilah tayangan yang ditontonnya. Ada pula yang take is as granted, menelan mentah mentah begitu saja sebuah tontonan. Belum bisa mencerna sebuah informasi hiburan dengan baik. 

Jadi menurut saya, harus tetap ada pendampingan dan pemilihan tontonan hiburan bagi putra putri tersayang.  Film yang berbalut dongeng dongeng entah itu animasi kartun atau pelaku nyata lebih bisa jadi pilihan yang pas. Horor atau membesut audiovisual bertemakan "kejahatan" atau perilaku yang tidak baik akan ditampilkan se edukatif mungkin bahwa hal hal tersebut tidak boleh dilakukan dalam kehidupan. Sederhananya cerita hitamputihnya  adalah jelas, yang berlaku jahat pasti kalah. Mudah dipahami.

Horor yang menampilkan hal hal yang "wingit", bentuk makhluk gaib secara jelas juga belum pas bagi anak untuk layak ditonton.  Mereka masih harus kreatif dan beradaptasi membangun lingkungan sekitarnya kelak, sehingga hal hal yang  aneh alias merinding disko tak jelas harus dihindari. Bagusnya dalam keseharian kehidupan kita bimbing hal hal yang pokok. Misalnya jangan melupakan pentingnya berdoa, ingat waktu.saat bermain.  Dan jangan usil atau cenderung berperilaku nakal. Bisa horor hidupnya kalau melupakan pedoman tersebut. Betul? Itu opini saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline