Lihat ke Halaman Asli

Mama Totik

Bincang Ringan di Ruang Imaji

Mengenal Tradisi Ngopi ala Kopitiam dari Old Kettle Semarang

Diperbarui: 15 Februari 2021   10:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kopi O Sumber : Dokpri

Secangkir kopi hitam tak terlalu pekat terhidang di meja saya. Disajikan dalam cangkir porselen putih polos. Satu sachet kecil gula pasir menemaninya. Pramusaji menyebut minumanku sebagai Kopi O, perbandingan kopi  & air nya 50 : 50. Saya melihatnya sih kopi hitam biasa. Mungkin karena bukan ahli dan sekedar penyuka kopi, saya nggak tahu bedanya di mana, sepertinya kok sama saja. Yg jelas, begitu terhidang, memang aroma kopi tercium harum dan tegukan pertama langsung terasa hangat, nikmat. Betul betul membangkitkan mood yang tercerai berai oleh hujan seharian penuh di Semarang.

Sengaja saya memilih meja dekat jendela yang lebar lebar, sebelah teras, sehingga tetap bisa memandang lalu lalang kendaraan menembus hujan. Ngopi di depan jendela begini sembari memandang hujan, jadi teringat banyak kenangan masa lalu. Becandaaa... saya sekedar menyitir kata-kata si Wira, stand up comedian spesialis galau. Menurutnya hujan itu 1% titik titik air, dan 99% kenangan...hahaha. Kalau hujan itu kenangan maka apa yang harus dipayungi ? Hati ? Gerimis ingat mantan, hujan ingat pacar, tsunami baru inget Tuhan ...ya begitulah

Old Kettle Sumber : Dokpri

Sekedar intermezzo saja tadi. Sebenarnya saya sedang ingin mengulas sebuah kedai kopi bernama Old Kettle. Lokasinya ada di Jalan Indraprasta, Semarang.

Introduction

Introduction Sumber : Dokpri

"Sejak dahulu kala, budaya ngopi menjadi bagian penting bagi masyarakat Asia Tenggara. Selama hampir seratus tahun, mulai akhir 1800-an hingga awal 1980, kedai kopi lokal atau kopitiam dalam dialek China, menjadi sedemikian populer. Kopitiam menjadi pusat berkumpul pelanggannya. Setelah makan malam, mereka akan memesan kopi atau teh, ngobrol berbagai hal, termasuk memperbincangkan berita terbaru di surat kabar, yang dipinjamkan secara cuma-cuma di kedai kopi"
"Tradisi dan semangat keakraban seperti inilah yang hendak dilestarikan oleh Old Kettle. Terlebih ketika saat ini kopi bukan lagi sekedar minuman, melainkan juga seni. Dengan tempat nyaman bersuasana era kolonial, Old Kettle menyajikan kopi sebagai minuman pembuka di pagi hari atau penutup di malam hari

Dua paragraf di atas, bukan dari saya, melainkan saya ambil dari halaman pembuka buku menu Old Kettle.

Kopitiam dalam Sejarah

Karena ternyata Old Kettle mengambil spirit melestarikan kopitiam, nggak ada salahnya jika kita sejenak ke masa lalu, menengok sejarah kopitiam. Dari hasil googling, maka saya menemukan bahwa istilah Kopitiam, terdiri dari 2 kata, yakni kopi dari bahasa Melayu dan tiam yg berarti toko dalam bahasa Hokkien, China. Jadi kopitiam menyiratkan sifat multikultural dan inklusif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline