Lihat ke Halaman Asli

Siapa Biang Keladi Terpuruknya Nilai Rupiah?

Diperbarui: 26 Agustus 2015   02:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sudah hampir satu minggu pasar investasi satu negara raksasa di Asia tersandung. Para investor dunia yang khawatir memutuskan untuk menarik investasi mereka agar tidak merugi terlalu banyak, dan tindakan ini sangat mempengaruhi “supply dan demand” pasar investasi dunia; entah investasi itu berupa saham, komoditas, obligasi atau forex.

Perekonomian dunia sangat tergantung dengan pasar investasi dunia, dan pasar investasi global ini dikontrol oleh perkumpulan triliuner-triliuner kelas ikan paus yang berbentuk sebagai investor individu, partnerships, corporations, konglomerasi, atau bahkan suatu negara. Mereka ini “berjudi” di pasar investasi global untuk meraih keuntungan yang sangat tinggi. Mereka akan melakukan apa saja demi meraup untung dan mencegah kerugian.

Sayangnya, tidak banyak orang yang mengetahui atau mampu berbisnis investasi kelas dunia. Di Indonesia, hanya dua atau tiga perusahaan atau konglomerat yang mampu ”berjudi” ala kelas dunia di pasar investasi global. Ini dikarenakan oleh aset cair untuk bermain di kelas dunia itu besarnya luar biasa. Selain itu, orang Indonesia itu kebanyakan ”jago kandang” semua.

Berdasarkan teori ini, harta dan perekonomian negara Indonesia ada di tangan para investor dunia. Apabila para investor dunia ini meragukan dengan situasi Indonesia maka mereka akan menarik investasi mereka dari negeri kita.

Sebuah ilustrasi: seorang penanam modal tidak akan memberikan modal kepada seseorang untuk berdagang bakso, apabila si calon pedagang ini adalah seorang pemalas atau seorang kriminal yang sering keluar masuk penjara. Apabila si penanam modal ini bersedia memberikan (kesempatan) dana kepada si calon pedagang ini dan kemudian si padagang ini tidak berdagang berhari-hari karena sakit atau malas keluar rumah, atau karena selalu berurusan dengan polisi, maka si penanam modal ini menjadi khawatir dengan investasinya, dan pastinya ia akan menarik modalnya atau menyita gerobak dagangan dan isinya demi mencegah kerugian yang lebih besar.

Situasi kelemahan Rupiah ini kemungkinan besar disebabkan oleh keraguan atau ketidak-percayaan para investor dunia terhadap pemerintah Indonesia dalam menghadapi sandungan ekonomi dunia. Para investor dunia masih banyak yang ragu dengan situasi politik dan keamanan di Indonesia yang kurang meyakinkan; seperti seringnya terjadi aksi demo, huru-hara antar kampung dan suku, keberadaan terorisme dan para pendukungnya di tanah air, banyaknya korupsi pejabat pemerintah dan lain-lain. Hingga saat ini pemerintah Indonesia masih belum bisa menangkal atau membenahi “kekacauan” situasi dalam negeri. Pemerintah masih sibuk mencari jalan keluar untuk merapihkan urusan dalam negeri. Bagi investor yang memberi percobaan berinvestasi di Indonesia, mereka akan menarik aset-aset investasi mereka dalam sekejap mata, bila situasi indonesia atau dunia tergoyang sedikit. Mereka akan meninggalkan Rupiah di pasar investasi, dan ini membuat harga Rupiah di pasar menjadi murah. Apabila, situasi dalam negeri kita itu stabil, dan kepercayaan investor dunia terhadap pemerintah Indonesia itu cukup kuat, maka ada kemungkinan investor lain akan memborong Rupiah yang sedang ter-”obral” ini, dan pastinya nilai Rupiah akan menguat kembali karena langkanya Rupiah di pasaran.

Rupiah mulai tergoyah dan merosok terhadap US Dollar empat tahun lalu; setelah tanggal 1 Agustus 2011 (1 USD = Rp 8455), dan semenjak itu pemerintah masih tidak bisa memberikan kepercayaan kepada para penanam modal di dunia untuk kembali ke Rupah. Mengapa tidak bisa? Apakah Presiden kita dan kabinetnya kurang meyakinkan dalam hal mengurusi negara kita yang tercinta ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline